Mohon tunggu...
Pramono Dwi  Susetyo
Pramono Dwi Susetyo Mohon Tunggu... Insinyur - Pensiunan Rimbawan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kota Bogor 40-an Tahun yang Lalu

21 April 2020   20:03 Diperbarui: 21 April 2020   21:05 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

KOTA BOGOR 40' AN TAHUN YANG LALU

Saya pertama kali datang dan menetap untuk kuliah di kota Bogor, pada awal tahun 1977, itupun diantar oleh ayah karena memang belum pernah sama sekali ke Bogor, Seandainya tidak ikut dan diterima program penerimaan mahasiswa IPB melalui jalur penelusuran minat dan kemampuan (PMDK) yang dibidani oleh Prof Andi Hakim Nasoetion, mungkin saya hanya kuliah diperguruan tinggi seputaran Jawa Tengah saja. 

Terima kasih Prof. Andi Hakim Nasoetion almarhum, jasamu akan dikenang ribuan mahasiwa yang mengikuti program ini, termasuk salah satunya saya. Kota Bogor yang selalu diguyur oleh hujan apalagi pada awal tahun yang masuk musim hujan, paying atau jas hujan harus selalu tersedia untuk menemani pulang pergi kuliah. 

Rektor IPB, pada saat itu adalah Prof. Ahmad Memet Satari yang kebetulan juga alumnus Fahutan IPB. Sedangkan walikota Bogor pada saat itu adalah Achmad Syam, sedangkan walikota sekarang, Bima Arya baru berusia lima tahun (lahir tahun 1972).  

Sebagai mahasiswa, tingkat persiapan bersama (belum terdapat penjurusan fakultas), tempat kuliah utama adalah gedung IPB Baranangsiang didepan patung kujang dekat pintu masuk tol Jagorawi dan Terminal Baranangsiang Bogor. 

Sedangkan tempat kuliah lainnya digilir secara bergantian adalah gedung fakultas peternakan dijalan Pajajaran (sekarang sekolah bisnis dan manajemen IPB) dan gedung fakultas kedokteran hewan didepan taman suryakencana. Saya dan teman dua orang satu SMA dulu berindekos di kampung Babakan dibelakang Bogor Internusa, karena dekat dengan kampus.

Kota Bogor pada waktu itu masih sejuk dan dingin diwaktu pagi karena masih banyak kampung dengan kebun kebun serta pepohonan yang cukup. Luas, beda dengan sekarang, gerah, waktu pagi tidak terasa dingin. Jalan tol jagorawi belum ada karena dibangun dan jadi tahun 1981. 

Dari Jakarta menuju ke Bogor hanya satu jalan yaitu melalui Cililitan- Cijantung, Cibinong , Warung Jambu- Jalan Sudirman -- Air Mancur masuk kota mengelilingi Kebun Raya. Jalan raya Warung Jambu tembus jalan raya Pajajaran menuju Kebun Raya belum tembus (belum ada). 

Demikian jalan raya Warung Jambu ke Jogyamal tembus keperumahan Yasmin belum ada.  Pusat kemarian kota Bogor terdapat dijalan Suryakencana dari ujung Pasar Bogor (Wihara) sampai ujung bundaran Ekalosmall. Sedangkan pusat keramaian satu lagi terdapat diseputaran Stasiun kerata Taman Topi, Jembatan Merah dan sekitarnya. 

Tempat keramaian pada malam hari biasanya digedung bioskop, seingat saya terdapat lantai dua Pasar Bogor, lantai dua pertokoan Ramayana (sekarang menjadi menjadi BogorTrade Mal ) dan satu lagi gedung bioskop diujung jalan Suryakencana yang sekarang telah tutup).

Yang unik adalah transportasi umum dalam kota dikuasi oleh bemo, kendaraan kecil bermesin roda tiga yang mampu mengangkut enam orang termasuk sopir dengan tarif Rp. 30,- rupiah/orang  dalam satu rute. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun