Di sisi lain pada setiap SD yang dimasuki selalu ada pelajaran muatan lokal (mulok) yang isinya belajar bahasa daerah setempat. Misalnya di Manado belajar mulok  bahasa Tombulu dan di Ujung Pandang belajar bahasa Makassar. Terpaksa kalau ada PR kami orang tua minta bantuan tetangga sebelah rumah yang mengusai bahasa setempat. Pada saat yang bersamaan tahun 1994 di Ujung Pandang putri kami yang ketiga lahir dikota ini.
Putri kami yang pertama dapat menyelesaikan SDnya  1996 dan melanjutkan SMPN 5. Maksud hati ingin melanjutkan di SMPN paling favorit di Ujung Pandang yaitu SMPN 6 namun karena  Nilai Ebtanas Murni (NEM) tidak cukup maka dialihkan kefavorit kedua yaitu SMPN 5.  Sedangkan putri kami yang kedua tetap melanjutkan sampai kelas 4 (empat) SD Mangkura.Â
Pertengahan tahun 1996, kami orang tua  kembali mendapat promosi sebagai Kepala Kantor suatu instansi kehutanan di Kendari  Sulawesi Tenggara. Kembali kami memboyong anak anak pindah sekolah di Kendari yang menurut kami orang tua, kualitas pendidikannya lebih dibawah dibanding dengan di Ujung Pandang dan Manado. Â
Anak kami yang tertua sekolah di SMPN 1 Kendari, anak yang tengah sekolah di SMP Katolik Kendari sedangkan sibungsu di TK Adyaksa Kejaksaan Tinggi Sultra. Saya bertugas di Sultra hingga tahun 1999. Meskipun hanya tiga tahun, kami sebagai orangtua  sangat khawatir akan  kelanjutan pendidikan  anak anak.  Meskipun anak tertua dan yang kedua,  masuk dalam lima besar disekolahnya, apakah meraka mampu beradaptasi disekolah yang baru nantinya.Â
Putri saya yang sulung lulus  SMP nya di Kendari ,NEM hasil ujian nasional menunjukkan angka cukup baik untuk ukuran kota Kendari, namun kami orang orang tua belum merasa cukup puas. Â
Buktinya dalam mengikuti saringan awal pada pendidikan SMA Tauruna Nusantara di Magelang Jateng (merupakan salah satu SMA yang terkenal prestasinya dari awal berdiri sampai sekarang), tidak satu siswapun dari lulusan SMP di Kendari yang lolos test di SMA favorit tersebut. Sedangkan putri kedua juga lulus SD Katolik dengan NEM yang cukup baik untuk ukuran SD tersebut.
 All Out untuk Pendidikan di SMA/SLTA
Melihat kondisi tersebut, sebagai orang tua saya berubah haluan  180 derajad, apapun yang terjadi dan bagaimanapun caranya dan berapun biayanya bila memungkinkan , anak anak harus sekolah SMA yang terbaik di pulau Jawa.Â
Melalui proses test dan pendampingan langsung orang tua yang sangat melelahkan karena banyak pesaing yang mau masuk, anak sulung diterima disekolah swasta terbaik di Jogyakarta yaitu SMA Katolik Stella Duce I Â yang dikhususkan untuk sekolah putri dan ditampung serta disediakan asrama oleh sekolah.Â
Sementara itu, adik adiknya tetap mengikuti orang tua ikut mutasi di kota Palangkaraya Kalimantan Tengah dan kami sekolahkan di SMP dan SD Katolik Palangkaraya yang konon merupakan sekolah terbaik dibandingkan dengan sekolah negeri yang ada didaerah tersebut.Â
Mulai saat itu, kami berdua sebagai orang tua ,mulai ketat memandu dan mengawal pendidikan 2 (dua) putri kami yang masih tersisa tinggal bersama orangtua di Palangkaraya, sementara putri kami di Jogya kami pandu dari jauh sambil sesekali minta bantuan pamannya (adik saya yang bermukim di Magelang) untuk mengeceknya di asrama maupun disekolahnya. Sesekali kalau saya bertugas di Jakarta, saya sempatkan ke Jogya untuk mengecek kemajuan dan pergaulannya disekolah.Â