Mohon tunggu...
Pramita Putri
Pramita Putri Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis yang senang berbagi hal remeh

Seperti membaca, menulis pun menyenangkan ibarat menciptakan dunia lewat berbagai sudut pandang. Namun saya paling suka membahas kesehatan, musik, dan seni.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Review Kafka on the Shore: Perjalanan 2 "Anak" Memulai Hidup Baru

15 Maret 2023   15:33 Diperbarui: 16 Maret 2023   10:05 1051
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"I'm not bright, but I'll know when I'm there," kata Nakata setiap Hoshino menanyakan kemana mereka pergi, dan apa yang akan dilakukannya.

Kafka dan Nakata yang tipikal berpasrah dan "jalani saja dulu" kadang terasa menyebalkan, apalagi mereka berdua adalah tokoh utama. Namun, seiring berjalannya cerita, Kafka dan Nakata berkembang menjadi seseorang yang tegas dalam mengambil keputusan—meskipun tidak menghilangkan sikap "super santai" dalam diri mereka.

Peringatan tentang tulisan eksplisit

Adegan seksual dalam tulisan Murakami sensei memang dikenal cukup eksplisit. Saya pribadi suka bagaimana beliau menyebutkan organ tubuh dalam istilah yang benar, mengingat saya pernah belajar tentang anatomi tubuh manusia di kelas Klinis Dasar.

Beberapa adegan seks dalam buku ini mungkin terkesan sebagai "selipan" dan tidak terlalu penting, tapi jika dikaji ulang, adegan seks Kafka dengan Miss Saeki dan Sakura justru "membuktikan" ketepatan dari ramalan sang ayah.

Sayangnya, saking "santai" pembawaan karakter di sini, ada bagian dimana Oshima mengemukakan pendapatnya yang biasa saja tentang Kafka dan Miss Saeki yang sudah berhubungan seks. Padahal, Oshima tahu betul keduanya bukan hanya terpaut jarak usia, tetapi juga Kafka yang masih di bawah umur.

Selain itu, ada bagian dimana Murakami menulis adegan pembunuhan dengan sangat jelas, tragis, dan sadis. Beruntung saya hanya membaca—bukan menonton—jadi saya menikmati tanpa banyak protes.

Pembawaan nuansa dengan buku dan musik

Sepertinya, belum lengkap kalau Haruki Murakami tidak menyelipkan buku-buku dan musik di dalam novelnya.

Meskipun bisa dianggap sebagai selipan selain adegan seks, kutipan (bahkan biasanya sampai sinopsis dan analisis) buku dan musik dalam novel punya peran untuk membangun kisah jadi lebih apik dan hidup. Saya merefleksikan bagaimana saya beberapa kali bersikap dan berpikir sebagaimana buku dan musik yang saya nikmati.

Contohnya, ketika Hoshino ambil cuti untuk menemani Nakata. Awalnya dia cuma mau libur beberapa hari saja, tapi setelah terlanjur bonding dengan Nakata dan menikmati musik Archduke Trio saat minum kopi di kafe, Hoshino memutuskan untuk tak peduli lagi dengan pekerjaannya dan menjelajah bersama Nakata untuk menemukan entrace stone.

Setelah saya iseng mencari tahu, saya menemukan daftar lagu dalam Kafka on the Shore yang dibagikan di website Haruki Murakami.

Rupanya, Haruki Murakami sendiri memang sangat mencintai musik. Baginya, menyelipkan musik seperti jazz, klasik, hingga rock sudah terjadi begitu saja dalam proses menulisnya.

Take it or Leave it?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun