Kesehatan mental menjadi pembahasan yang sedang banyak disuarakan dalam beberapa waktu terakhir, hal ini dikarenakan terjadinya peningkatan yang cukup signifikan berkaitan dengan kesadaran mengenai pentingnya kesehatan mental dalam kehidupan setiap individu. Kesadaran akan kesehatan mental tersebut terjadi karena adanya peningkatan dalam memahami dampak terhadap kesejahteraan individu baik secara pribadi maupun sosial.Â
Perubahan zaman serta perkembangan teknologi kemudian berdampak kepada perubahan dalam gaya hidup, meningkatnya tekanan hidup, serta adanya tuntutan untuk mengikuti setiap perkembangan modern yang memfokuskan akan pentingnya kesehatan mental sebagai bagian dari manifestasi kesehatan secara keseluruhan.
Kesehatan mental merupakan aspek penting di dalam mencapai kesejahteraan secara keseluruhan. Kesehatan mental dapat diwujudkan apabila dapat menerapkan beberapa hal seperti kemampuan untuk mengendalikan emosi, mampu untuk mengatasi stres serta memiliki coping mechanism yang baik, memiliki pola pikir yang positif, dan dapat berperan dalam kehidupan secara seimbang serta dapat mencapai kebahagiaan.
Tidak jarang individu membutuhkan bantuan dari profesional dalam mencapai kesejahteraan serta kesehatan mental di dalam dirinya. Akan tetapi, biaya dalam layanan konseling kepada profesional atau psikolog menjadi pertimbangan yang krusial bagi beberapa individu, seperti pertanyaan "apakah biaya layanan konseling ke psikolog mahal?" Perlu diketahui bahwa dibalik kekhawatiran tersebut, di dalam kode etik psikologi sendiri terdapat aspek yang harus menjadi pertimbangan bagi para profesional.
Bagaimana kode etik psikologi mengatur tentang biaya layanan psikologi?
Kode etik psikologi memberikan penegasan akan adanya transparansi berkaitan dengan biaya layanan yang menjadi bagian penting yang harus diterapkan serta dijaga oleh para praktisi psikologi. Beberapa waktu terakhir, konselor psikologi banyak menerapkan mengenai kebijakan transparansi biaya secara jelas terhadap klien, sehingga hal ini memberikan cerminan akan integritas profesional serta membentuk hubungan kepercayaan antara konselor dengan klien. Berdasarkan pada penerapan prinsip-prinsip kode etik, praktisi (psikolog) diharapkan dapat menyampaikan berkaitan dengan informasi besaran biaya secara transparan sejak pada pertemuan awal.
Penentuan besaran biaya juga harus didasarkan pada berbagai pertimbangan seperti pengalaman konselor, jenis layanan yang diberikan, serta lokasi praktek dapat mempengaruhi besaran harga yang ditetapkan. Sehingga para profesional harus melakukan pertimbangan keseimbangan dalam menetapkan biaya yang wajar serta prioritas pemenuhan kebutuhan klien.Â
Transparansi biaya juga memberikan penekanan akan pentingnya dalam menjelaskan secara jelas mengenai besaran rincian biaya sebelum dimulainya pemberian layanan psikologi. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari ketidaksesuaian harapan yang dapat terjadi di kemudian hari. Adanya transparansi serta keterbukaan tersebut dapat menciptakan rasa kepercayaan antara konselor dan klien di dalam lingkungan konseling.
Berdasarkan penjelasan diatas, transparansi biaya di dalam layanan konseling tidak hanya memberikan cerminan akan ketaatan pada kode etik, namun memberikan penguatan terhadap integritas profesi keseluruhan. Transparansi biaya dalam layanan konseling dapat menjadikan hubungan antara klien dan konselor yang sehat, pelayanan yang baik, serta membentuk kepercayaan diantara keduanya, sehingga dengan penerapan tersebut praktek layanan konseling menjadi layanan profesional yang dapat memberikan kepercayaan.
Ketika biaya menjadi pertimbangan untuk mendapatkan bantuan profesional, penjelasan mengenai kode etik psikologi yang mengatur biaya dalam layanan psikologi yaitu dengan adanya transparansi biaya yang dilakukan dengan pemberian informasi sejak awal pertemuan pertama sebelum konseling berlangsung, dapat memberikan gambaran bagi individu yang sedang membutuhkan bantuan profesional.
Kemudian, dalam pasal 36 kode etik psikologi Indonesia 2010 yang mengatur tentang biaya layanan psikologi bahwa dalam memberikan imbalan dari layanan psikologi dapat berupa benda atau imbalan non uang dengan catatan dalam penerimaan imbalan tersebut harus disesuaikan dengan kode etik serta tidak eksploitatif (secara berlebih-lebihan). Oleh karena itu, diharapkan bagi individu yang membutuhkan bantuan profesional untuk dapat mendatangi profesional guna mendapatkan bantuan, dan diharapkan kesehatan dan kesejahteraan setiap individu dapat terwujud tanpa adanya kekhawatiran akan besaran biaya dalam layanan psikologi.