sebagai contoh,
dalam hal kenaikan harga BBM.
Betapa banyak orang PINTAR yang mengatakan bahwa kenaikan harga BBM ini hanya solusi malas dan bodoh dari pemerintah demi menyelamatkan perekonomian. Sejatinya permasalahan fiskal berasal dari ketidakefisienan anggaran pemerintah sendiri dan pengelolaan migas yang tak beres.
Komentar orang pintar biasanya mudah mencari kesalahan orang lain namun sulit mencari kesalahan diri sendiri.
Hasilnya? ya, kerusakan dimana-mana. Demo anarkis, pemblokiran jalan, penutupan jalan tol, komentar orang-orang pintar itu menghasilkan pemikiran kritis yang menjadikan negeri ini makin "kritis" saja.
Selevel lebih tinggi, cukup banyak orang IKHLAS yang menanggapi isu kenaikan BBM ini dengan sikap menerima kenyataan bahwa BBM murah bukan keputusan cerdas untuk program pembangunan negeri jangka panjang. Sikap menerima itu diimbangi dengan semangat meningkatkan pendapatan agar tetap mampu menjaga stabilitas keuangan rumah tangganya.
Namun untuk level tertinggi, belum cukup banyak orang yang PEDULI dalam menanggapi isu kenaikan BBM ini. Orang pintar tak peduli dengan orang lain, yang penting dengan kepintarannya dia bisa mengakomodasi keinginan pribadinya. Orang ikhlas juga tak peduli dengan orang lain, yang penting dia menerima keputusan pemerintah dan menguatkan dirinya untuk menghadapi kenyataan berat yang siap menghadangnya.
Orang PEDULI tak cukup hanya menerima kenyataan dan bersiap diri. Dia juga peduli apa yang terjadi disekitarnya. Dia peduli terhadap pola konsumsi masyarakat, termasuk dirinya, atas komoditas BBM.
Dia menadari bahwa konsumsi BBM bersubsidi di Indonesia sudah tak masuk akal. Terlalu banyak porsi konsumsi kendaraan pribadi daripada kendaraan umum. Apalagi kendaraan pribadi yang mendominasi penggunaan BBM bersubsidi adalah mobil. Sangat lucu.
Orang peduli tak akan menunggu keputusan pemerintah untuk membatasi penggunaan BBM bersubsidi oleh kendaraan pribadi, dia akan secara pintar dan ikhlas membatasi dirinya sendiri untuk menggunakan BBM bersubsidi.
Bahkan karena kepeduliannya, dia rela beralih dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum.