Kemampuan pelajar dalam mencermati tata bahasa tentu tidak akan mudah jika mereka tidak mempunyai asupan bacaan yang kurang. Kebiasaan membaca akan menimbulkan kepekaan pelajar terhadap kalimat dan wacana yang terdapat dalam sebuah teks. Inilah pentingnya sebuah literasi dikembangkan dalam dunia pendidikan kita.
Begitu pentingnya literasi, sehingga munculah Gerakan Literasi Nasional (GLN), dan dikembangkan menjadi Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang menjadi kegiatan penguatan karakter di sekolah. Kegiatan yang berupa pembiasaan membaca ini dimulai 15 menit sebelum kegiatan belajar mengajar dilakukan.
Hadirnya kegiatan GLS, membuat pelajar terbiasa dengan membaca. Terlebih jika kegiatan GLS tersebut tidak hanya sekadar reseptif atau menerima informasi dari bacaan, tetapi juga adanya proses produksi berupa tulisan resensi atas bacaannya. Dengan adanya dorongan untuk memproduksi hasil bacaan, tingkat kepekaan pelajar dalam tata bahasa menjadi meningkat.
Hal tersebut bisa dikembangkan dengan cara saling menyunting atau mengoreksi hasil resensi teman sebaya. Kegiatan ini dapat menjadi bekal pelajar dalam mengidentifikasi hoaks. Mereka dibiasakan membaca secara utuh untuk menghasilkan resensi yang baik tentang bacaannya. Kemudian mereka terbiasa untuk mengoreksi kesalahan tata bahasa, pengutipan, dan lainnya.
 Kebiasaan ini mampu memberikan dampak yang positif pada pelajar. Di SMP Negeri 1 Cimahi, saat pembelajaran Bahasa Indonesia tentang teks berita, pelajar mampu mengidentifikasi berita hoaks. Pembelajaran teks berita tidak hanya berfokus pada berita di koran, namun juga di media daring yang mampu memberikan pengalaman lain kepada mereka.
Pelajar disuguhi sebuah berita. Kemudian membacanya secara utuh dan menemukan beberapa kesalahan kata. Tidak langsung skeptis, mereka pun mulai menelusuri berita serupa pada situs yang lainnya. Namun ternyata, tidak banyak yang memberitakan isu tersebut. Sehingga, mereka pun menganggapnya sebagai hoaks.
Tentu kecakapan pelajar tersebut masih perlu untuk diasah. Namun, sebelum mengasah pisau, kita mesti memiliki gerinda yang baik, sehingga pisau pun akan semakin tajam. Pendidiklah yang memiliki peran sebagai gerinda yang harus mengasah pisau tersebut.
Kebiasaan membudayakan literasi, kebiasaan untuk lebih cermat, kebiasaan untuk saring sebelum sharing mestilah dimulai dari pendidik. Sehingga, bahaya dari maraknya hoaks bisa terantisipasi dengan baik oleh masyarakat secara umum, khususnya oleh pelajar sebagai generasi penerus bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H