Santi, sebagai ketua kelompok menjelaskan secara detil jobdesk masing-masing anggota disesuaikan dengan latar belakang jurusan yang diambil. Total ada tujuh orang yang tergabung ke dalam kelompok KKN itu. Santi, Parjo, Poniyem, Mega, Raihan, Supri, dan Nadia.
"Oke guys, diskusi kita malam ini kita akhiri dulu. Besok kita siapkan sama-sama apa saja yang menjadi kebutuhan kelompok kita. Lusa, kita berangkat bareng-barang menuju desa lokasi ya. Kita naik motor sama-sama!" Santi menutup komputer jinjingnya.
"Duh besok aku berangkat sama siapa ya? Aku ga bisa naik motor." Parjo kebingungan, urusan berkendara, dia punya cerita kelam. Sejak mblusuk ke sawah saat belajar sepeda motor ketika duduk di bangku SMP, ia jadi trauma hingga saat ini. Waktu itu motor yang biasa dibuat ngarit bapaknya tiba-tiba remnya blong. Hingga kini, Parjo pun belum berani mencoba untuk belajar mengendari sepeda motor kembali.
"San, aku ga bisa naik motor, aku trauma aku pernah mblusuk ke sawah saat belajar motor." Parjo harus jujur kepada Santi agar ada solusi atas keterbatasan yang ia miliki. Begitulah pesan singkat Parjo kepada Santi.
"Duh piye to Jo! Yowislah besok kamu mbonceng aku aja!" Santi sedikit kesal, karena ia berharap Parjo dapat diandalkan, sebaliknya malah jadi beban.
--------- Tiba Di Desa Lokasi KKN ----------Â
"Monggo, mas dan mbak silakan masuk." Bapak Kepala Desa menyambut dengan hangat kehadiran mahasiswa yang akan melakukan KKN di desanya. Santi dan kawan-kawannya dipersilakan masuk ke ruang tamu kantor kepala desa yang cukup memprihatinkan. Di pojok sebelah pintu terdapat ember dari wadah cat yang sudah tidak terpakai untuk menampung air hujan akibat genteng yang bocor. Tempat duduk yang tersedia sudah sangat reyot, goyang sedikit saja pasti berbunyi. Raihan yang bertubuh besar, merasa khawatir ketika duduk di tempat itu.
Pak Kades mempersilakan kepada Santi dan timnya untuk melakukan kegiatan KKN. Beliau menyampaikan banyak hal terkait program desa yang nantinya dapat berkolaborasi, aturan-aturan, serta permohonan maaf karena tidak dapat menyediakan tempat bermukim yang laik selama kegiatan KKN.
"Maaf mas dan mbak semua, pihak desa tidak dapat memberikan tempat tinggal yang laik. Gedung aula ini dapat digunakan sebagai tempat tinggal sementara. Namun saya mohon untuk lak-laki dan perempuan dipisah ya, akan kami siapkan sekat." Ujar Pak Kades sembari menunjukkan tempat yang akan digunakan Santi dan teman-temannya tinggal sementara selama KKN berlangsung. Empat puluh lima hari, mereka akan tinggal di tempat yang jauh dari kata laik.
"Yah empat puluh lima hari kita bakal tinggal di tempat ini? Ah bikin males aja!" Keluh Mega. Ia membanting tas ranselnya. Mega yang terbiasa hidup mewah harus beradaptasi dengan kondisi serba sulit yang akan ia hadapi selama hampir satu setengah bulan ke depan.
"Udah ga apa-apa Meg, kita di sini sama-sama kok. Kita bisa saling bantu!" Ujar Poniyem menenangkan Mega. Poniyem merangkul Mega, ia berupaya membuat mega lepas dari rasa cemasnya.