Selepas bekerja, Parjo pulang ke rumah mengonthel pit kebo kesayangannya. Sepanjang jalan ia bernyanyi tanpa henti, "Aduh mbaaak dirimu pancen istimewa koyo Jogjakarta." Ia tersenyum sendiri sepanjang perjalanan tanpa khawatir giginya kering terkena angin.
------------------------------------------------***----------------------------------------------------
Kali ini Parjo tidak bisa tidur, ia hanya melihat langit-langit kamarnya. Lagi-lagi ia senyum-senyum sendiri terbayang senyum manis wanita berlesung pipi itu. "Pokoknya besok pagi aku mau berangkat lewat depan rumah Pak RT, siapa tahu ketemu mbaknya lagi." Tekad Parjo begitu besar, ia begitu penasaran dan kecanduan senyum manis Suprihatin alias Atin.
Keesokan harinya, Parjo begitu bersemangan mengonthel sepeda. Ketika hampir sampai depan rumah Pak RT tetiba saja kakinya gemeteran. Benar saja yang ditunggu-tunggu ternyata ada di  halaman depan rumah sedang menyirami tanaman. Parjo memberanikan diri menyapa dengan memberikan senyum termanis yang dimilikinya,  "Monggo mbaaak!"
Gayung bersambut, Atin membalas sapaan Parjo, tentunya juga dengan senyum manisnya, "Nggih mas, monggo!"
"Duh Gusti, Atin cantik beneran, bukan editan!" Ujar Parjo dalam hati. Senyum manis Atin menjadi sumber semangat Parjo. Parjo mengonthel pit kebonya dengan lebih cepat! Ia bernyanyi dengan lebih keras.
Melewati depan rumah Pak RT setiap berangkat dan pulang kerja kini menjadi rutinitas harian Parjo. Senyum manis Atin, wanita cantik berlesung pipi itu sungguh menjadi candu bagi Parjo.
---------------------------------------------***--------------------------------------------------------
"Wah harus ada perkembangan ini, aku harus cari tahu info lebih tentang Atin. Oke besok aku akan menemui Lik Yadi tetangga Pak RT. Mungkin saja aku dapat info penting tentang bagaimana Atin." Tekad bulat Parjo begitu kuat. Parjo jatuh hati pada Atin. Parjo sadar betul, kini saatnya ia harus mampu meluluhkan hati wanita yang akan menjadi pendamping hidupnya.
"Duh, aku harus menemui Lik Yadi yang sedang ngarit. Jangan sampai terlambat!" Parjo mengonthel pit kebo dengan sekuat tenaga.
Setibanya di kebut tempat biasa Lek Yadi ngarit, Parjo langsung berlari menemui Lik Yadi.