Bagaimana Pelakasanaan Coaching?
Terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui dalam pelaksanaan coaching untuk supervisi akademik. Tahap pertama yakni pra observasi, dimana coach dan coachee melakukan dialog untuk membangun kemitraan yang setara dan bersama-sama menentukan tujuan dari coaching itu sendiri.Â
Lalu tahap selanjutnya adalah tahap observasi dimana coach melakukan pengamatan saat coachee melakukan pembelajaran di kelasnya. Kemudian di tahap terakhir, yakni tahap pasca observasi.Â
Pada tahapan ini coach dan coachee kembali berdialog terkait dengan apa saja yang terjadi dalam pembelajaran yang telah dilakukan. Coach mengajukan berbagai macam pertanyaan untuk menuntun coachee menganalisis, menemukan solusi, dan melakukan rencana aksi untuk perbaikan ke depannya. Pada prinsipnya, tahapan ini bersifat reflektif.Â
Dalam pelaksanaan coaching, ada alur yang menjadi pedoman bagi seorang coach dalam menuntun coachee. Adalah alur TIRTA. Apa yang dimaksud dengan alur tirta? TIRTA (Tujuan, Identifikasi, Rencana Aksi, dan Tanggung Jawab), dalam pelaksanaan coaching, coach diharapkan mampu mengajukan pertanyaan yang sesuai dengan alur TIRTA.Â
Mulai dari menentukan tujuan, mengidentifikasi permasalahan, menentukan rencana aksi, hingga menuntun coachee untuk dapat berkomitmen melakukan rencana aksinya dengan penuh tanggung jawab.
Sudah bukan saatnya lagi ketika dalam proses supervisi akademik harus terjebak dalam rasa takut dan khawatir yang membuat tidak nyaman sehingga menghambat untuk berkembang.Â
Supervisi akademik bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, kreativitas, dan inovasi, sebab itulah kemitraan yang setara dapat dibangun sehingga membuat suasana semakin nyaman. Berangkat dari rasa nyaman, maka semangat untuk melakukan perbaikan, menemukan potensi, dan solusi akan lebih optimal. (prp)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H