"Setelah pengumuman resmi hasil seleksi Program Pendidikan Guru Penggerak (PPGP) Angkatan 5 dirilis, saya pun bergegas mempersiapkan segala persyaratan yang dibutuhkan, salah satunya adalah pakta integritas dengan poin-poin yang sangat mengejutkan tertuang di dalamnya."
Semua berkas yang dipersyaratkan telah saya penuhi. Terdapat salah satu berkas yang isinya sungguh mengejutkan, sungguh diluar dugaan dan perkiraan saya tentang PPGP ini sebelumnya. Mau tahu apa isinya? Ingin tahu detil isinya? Saran saya silakan bergabung dalam program ini segera, tanpa ragu dan harus penuh keyakinan serta suka cita. Tak lama kemudian muncul pesan di whatsapp saya terkait informasi pelaksanaan Lokakarya 0 atau Lokakarya Orientasi. Saya begitu antusias menyambutnya. Mengapa? Rasanya bakal berjumpa dengan banyak teman baru, guru-guru hebat yang lolos seleksi PPGP Angakatan 7 Kabupaten Semarang dari seluruh Kabupaten Semarang.Â
Baca Juga - Laku Kembara Ilmu Guru Penggerak #1 :Saya Gagal Seleksi Guru Penggerak Angkatan 5!
Salah Kostum
Setibanya di tempat acara Lokakarya Orientasi yakni PP PAUD DIKMAS Provinsi Jawa Tengah kala itu dan kini berubah menjadi Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah, ruangan masih kosong. Hanya ada saya dan petugas pengisian daftar hadir. Saya datang paling awal! Saya mengenakan setelah batik berwarna pink dan celana kain hitam serta sepatu hitam, outfit kesayangan saya tentunya. Satu per satu peserta berdatangan, namun ada satu hal yang mengejutkan saya, "Kok yang datang pakai outfit hitam putih sih? Duh apa saya salah kostum ya?" Saya mencoba tenang. Tak lama berselang ada beberapa rombongan yang hadir mengenakan setelan batik, "Alhamdulillah ada yang pakai batik!" Ucap saya dalam hati. Setelah waktu menunjukkan pukul 7.55 WIB, saya memperhatikan kok lebih banyak yang mengenakan setelan hitam, putih, dan berdasi ya? Kemudian tiba-tiba saja ada seorang peserta Calon Guru Penggerak (CGP) menepuk bahu saya, "Bro, kamu ikut CGP atau malah sekarang sudah jadi pengawas sekolah, hahahaha?" Saya terkejut, ternyata yang menepuk bahu saya dari belakang itu sahabat saya saat SMA, Arfi namanya. Sontak saja saya merespon, "Lhoh Arfi? Aku ikut CGP bro!"Â
"Hloh kalau CGP pakai baju hitam putih bro, aku kira kamu sudah jadi pengawas sekolah makanya kamu hadir pakai batik. Pasti kamu belum masuk grup WA ya?" Arfi sambil cekikikan melihat saya yang salah kostum. "Wah iya bro, aku belum masuk grup. Yaudah nanti saat istirahat aku balik sebentar ganti pakaian." Jawab saya sedikit sebal karena salah kostum.
Ternyata usut punya usut, yang salah kostum bukan cuma saya saja, beberapa CGP yang berasal dari SMA/SMK ada juga yang salah kostum dikarenakan belum bergabung ke dalam grup WA yang notabene lebih dulu diisi oleh CGP dari TK, SD, dan SMP yang mana di bawah naungan pemerintah kabupaten. Lokakarya Orientasi yang saya lalui cukup berkesan di hati. Jika teringat kejadian salah kostum ini, biasanya saya jadi tertawa cekikikan sendiri.
Menjiwai Kembali Falsafah Pendidikan Ki Hadjar Dewantara, tentang Pendidikan yang Berpihak Kepada Murid
Baca Juga - Internalisasi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara
Lokakarya Orientasi ini, menurut saya merupakan sebuah pengantar dalam menyambut rangkaian pembelajaran dalam PPGP Angkatan 7 ini. Program pembelajaran baik daring melalui Learning Management System (LMS) maupun luring seperti Pendampingan Individu dan Lokakarya yang akan dilalui cukuplah panjang. Momen Lokakarya Orientasi adalah momen dimana para CGP di-refresh kembali pemahamannya mengenai falsafah yang menjadi landasan utama dalam pendidikan di Indonesia, yakni terkait dengan falsafah Ki Hadjar Dewantara tentang trilogi pendidikan dan pendidikan yang berpihak kepada murid.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!