Mohon tunggu...
Prama Ramadani Putranto
Prama Ramadani Putranto Mohon Tunggu... Guru - Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dihadapkan dengan Dilema Etika dan Bujukan Moral, Harus Bagaimana?

15 Mei 2023   19:34 Diperbarui: 15 Mei 2023   20:05 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemimpin Pembelajaran Mengedepankan Triloka Ki Hadjar Dewantara dalam Pengambilan Keputusan - Sumber: kompas.com

"Apa sih dilema etika dan bujukan moral itu? Apa pula kaitannya dengan pengambilan keputusan bagi seorang pemimpin?"

Menjadi seorang pemimpin begitu banyak sekali kompetensi yang harus dimiliki. Sebagai pemimpin tidak hanya kewibawaan dan kemampuan berbicara di depan umum saja yang harus dimiliki, namun lebih dari itu. 

Seorang pemimin harus memiliki kemampuan dalam mengambil sebuah keputusan yang tepat. Ketika dihadapkan dengan berbagai macam dinamika yang harus dihadapi harus mampu tetap tenang, mampu menguasai situasi kondisi, hingga akhirnya mampu mengambil keputusan dan mengeluarkan kebijakan yang tepat. 

Menjadi seorang pemimpin sudah tentu akan dihadapkan dengan sebuah situasi yang terkadang bertentangan dengan nurani, dihadapkan dengan dilema etika, dan bujukan moral. 

Lalu, apa yang dimaksud dengan dilema etika dan bujukan moral? Dilema etika adalah sebuah situasi yang harus dihadapi dimana kedua pilihan yang ada sama-sama benar secara moral namun ada hal yang bertentangan di dalamnya, sedangkan bujukan moral adalah situasi dimana seseorang dihadapkan untuk mengambil keputusan antara benar atau salah.

Peran Sebagai Pemimpin Pembelajaran

Masih ingat dengan Triloka Ki Hadjar Dewantara? Ya, tentunya masih ingat ya! Ki Hadjar Dewantara mengajarkan tentang bagaimana menjadi suri tauladan kala di depan, pembangun semangat kala berada di tengah, dan mampu memberi dorongan kala berada di belakang. Istilah yang sering kita dengar adalah Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. 

Triloka tersebut rasanya masih sangat relevan hingga masa kini dan memang seharusnya dipegang teguh dan menjadi sebuah pedoman dalam pendidikan di negeri tercinta. Terlebih sebagai pemimpin pembelajaran, semangan ini harus dipedomani dalam pengambilan sebuah keputusan. 

Keputusan yang seperti apa? Tentunya yang memiliki nilai-nilai kebajikan di dalamnya, berpihak kepada murid, dan mampu membangun sebuah motivasi untuk memunculkan ide atau gagasan brilian bagi murid itu sendiri. 

Seorang pemimpin pembelajaran memegang teguh triloka Ki Hadjar Dewantara akan menemukan jalan keluar ketika dihadapkan kebuntuan menghadapi dilema etika dan bujukan moral dalam pengambilan keputusan.

Lalu selain berpegang teguh pada Triloka Ki Hadjar Dewantara, perlu juga mengkolaborasikan dengan pendekatan tertentu. Salah satunya adalah 9 langkah dalam pengambilan keputusan. Yakni ketika dihadapkan dalam suatu permasalahan, harus melalui tahapan-tahapan pengujian sebelum mengambil sebuah keputusan. 1) Mengenalai nilai-nilai yang bertentangan, 2) Menentukan siapa yang terlibat, 3) Mengumpulkan fakta, 4) Pengujian benar salah, 5) Pengujian benar lawan benar, 6) Prinsip Resolusi, 7) Investigasi opsi trilema, 8) Buat keputusan, 9) Lihat lagi keputusan dan refleksikan. Langkah-langkah tersebut akan sangat membantu kala dihadapkan dengan dilema etika dan bujukan moral saat harus mengambil sebuah keputusan.

Regulasi, Manfaat, dan Mashlahat

Tak kalah penting kala menghadapi sebuah permasalahan dan diharuskan mengambil sebuah keputusan dengan dilema etika dan bujukan moral adalah dengan mempertimbangkan beberapa hal sebagai dasar utama. Regulasi yang mendasari seperti apa, lalu pertimbangan kebermanfaatan, dan kemashlahatan ketika keputusan itu diambil. 

Sebagai pemimpin tentunya tidak akan mampu memuaskan semua pihak dalam mengeluarkan kebijakan, perlu komunikasi yang baik dalam memberikan pengertian bagi pihak-pihak yang merasa tidak puas agar mampu bersama-sama kembali seirama dalam menjalankan keputusan bersama. Komunikasi secara formal dan non formal menjadi penting dimiliki oleh seorang pemimpin.

Seorang pemimpin, dalam hal ini adalah pemimpin pembelajaran bukanlah soal mudah untuk menjalankannya. Kompetensi yang harus dimiliki rasanya harus lengkap. Bukan soal wibawa dan kemampuan berbicara di depan umum saja, namun juga harus mampu mengambil keputusan dengan mengedepankan nilai-nilai kebajikan, untuk kebermanfaatan dan kemashlahatan. (prp)

Prama Ramadani Putranto

CGP Angakatan 7

Kabupaten Semarang

Jawa Tengah

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun