Mohon tunggu...
Prama Ramadani Putranto
Prama Ramadani Putranto Mohon Tunggu... Guru - Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Satu Frekuensi Menunjukkan Eksistensi

30 April 2021   14:07 Diperbarui: 30 April 2021   14:39 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Geng Sekolah yang Terbentuk Atas Kesamaan Frekuensi untuk Menunjukkan Eksistensi - Sumber : kompas.com

Kisah masa-masa sekolah tak akan pernah terlupakan. Warna-warni cerita tercipta dengan kekhasan suasana masa lalu ketika masih berseragam sekolah. Entah kisah tentang kebaikan atau kenakalan senantiasa melekat erat dalam memori. Sampai tua jelas tak akan luntur cerita itu. Selalu saja menjadi bahasan menarik ketika berjumpa teman lama, teman ketika masih sekolah. 

Pada momentum reuni selalu saja masa-masa penuh kelucuan itu dibahas dan menjadi topik perbincangan hangat. Memunculkan gelak tawa bahagia seakan-akan kembali ke masa lalu, masa-masa penuh kebahagian tanpa ada beban pikiran. Bebas lepas tanpa tuntutan dan tanpa tekanan. 

Masa-masa sekolah entah ketika duduk di bangku SD, SMP, atau SMA memiliki cerita khasnya masing-masing. Mulai dari bermain sepak bola bersama, berbuka puasa bersama, masak bersama di salah satu rumah teman, hingga beberapa kisah kenakalan yang mengakibatkan dipanggil guru BK. 

Masa Putih Abu-abu Momen Menunjukkan Eksistensi

Masa putih abu-abu atau masa-masa SMA ketika sudah mulai beranjak dewasa menjadi momen unjuk gigi menunjukkan eksistensi. Emosi yang masih labil terkadang mengambil keputusan tanpa peduli dampak yang terjadi. 

Mengedepankan emosi demi menunjukan eksistensi dan jatidiri. Namun, naasnya adalah melanggar peraturan sekolah dan tertangkap basah oleh Bapak dan Ibu Guru. 

Mau tidak mau harus menerima konsekuensi, entah mendapatkan tausyiah dari guru BK, hormat bendera di siang bolong, atau harus menerima skorsing belajar di rumah untuk beberapa hari. Mungkin ketika saat menerima konsekuen masih muncul pergolakan batin dengan emosi meninggi. 

Namun seiring berjalannya waktu dimana semakin dewasa, maka mengingat masa-masa itu akan muncul suatu penyesalan dan bahkan terkadang menertawai diri sendiri akibat ulah yang pernah dilakukan pada masa-masa kelam itu. Apapun itu, hal yang dilakukan pada masa putih abu-abu adalah salah satu bentuk upaya menemukan jatidiri dan menunjukkan eksistensi.

Berkumpul dengan Teman-teman Satu Frekuensi 

Menghimpun diri dengan teman-teman satu frekuensi atas dasar kesamaan pemikiran atau hobi merupakan cikal bakal terbentuknya geng atau kelompok-kelompok di sekolah. 

Satu frekuensi karena memiliki latar belakang yang sama kemudian saling berkumpul, berbagi rasa, hingga melakukan aksi bersama-sama. Jikalau dalam kegiatan positif, hal tersebut bukanlah sebuah masalah. 

Sebaliknya akan memberikan energi positif pada ruang lingkup yang lebih luas. Namun, jika didasari karena frekuensi dalam pemikiran atau latar belakang hal-hal yang negatif, yakinlah eksistensi kelompok atau geng sekolah ini jelas akan meresahkan banyak orang. Kehadiran geng sekolah dengan latar belakang negatif jelas akan membuat rasa aman warga sekolah lainnya terancam. 

Berjalan bergerombol dengan anggota gengnya. Pakaian tidak rapi plus gaya rambut hitz pada masa itu menambah kesan sangar bagi siapapun yang melihatnya. Hal itu sebagai modal untuk menyerang psikis siapaun yang menjadi targetnya. Targe untuk dipalak atau dikerjai sedemikian rupa. 

Keberadaannya benar-benar meresahkan dan mengganggung kenyamanan warga sekolah. Sebaliknya jika didasari dengan latar belakang positif atau hobi yang menarik yakinlah pasti akan berdampak positif bagi warga sekolah lainnya. Memberikan warna dan kesan positif sehingga senantiasa diingat di masa yang akan datang.

Proses Pendewasaan 

Bergaul dan berinteraksi hingga membentuk dan menghimpun banyak orang dengan kesamaan latar belakang dan memiliki frekuensi yang sama hingga akhirnya melancarkan aksi bersama-sama adalah salah satu wujud menunjukkan eksistensi dengan harapan pengakuan di setiap apa yang telah dilakukannya. 

Hal ini jika berkaitan dengan hal positif bukan sebuah masalah namun jika dalam hal negatif, maka perlu kewaspadaan ekstra tinggi. Pilihannya di kemudian hari dapat menyadari kesalahan dan insyaf atau sebaliknya semakin menjadi-jadi sehingga aksinya semakin profesional. Dari kesemua itu merupakan proses pendewasaan dan proses menemukan jatidiri.

Geng sekolah diindentikkan dengan sekelompok siswa yang memiliki power karena kebersamaannya. Ada yang positif dan ada pula yang negatif. Semua itu terjadi karena kesamaan frekuensi untuk menunjukkan eksistensi dan mendapatkan pengakuan. Keberadaan geng sekolah memberikan warna dalam kehidupan ketika masih duduk di bangku sekolah. Menciptakan sebuah kisah yang tak akan pernah terlupa. Memori yang mampu membuat tertawa kecil sendiri ketika mengingatnya atau malah memunculkan kembali penyesalan. Bagaimanapun itu, masa-masa itu merukapan fase pendewasaan. (prp)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun