Mohon tunggu...
Prama Ramadani Putranto
Prama Ramadani Putranto Mohon Tunggu... Guru - Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"Ayah Bunda, Jangan Galak-galak, ya!"

17 September 2020   18:56 Diperbarui: 17 September 2020   19:10 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jangan Lewatkan Masa-masa Kelucuan Si Buah Hati - Sumber: parentingid.com

Membuka Whatsapp Grup, ada seorang teman yang mengirimkan beberapa video. Ditambah dengan caption di bawahnya "menjadi guru ternyata butuh kesabaran ekstra, bukan?"

Semakin penasaran video apa sebenarnya yang dikirim oleh salah seorang teman tersebut ke whatsapp grup. Mau mencoba untuk mengunduh namun terlupa kalau kuota paket internet habis. Ya sudah, coba sambungkan dulu ke wifi yang ada.

Akhirnya video tersebut berhasil terunduh. Memasang headset ke telinga lalu membuka file video tersebut untuk menuntaskan rasa penasaran yang sedari tadi berkecamuk. 

Tak disangka isi video tersebut sungguh membuat hati sedih. Bagaimana tidak, disuguhkan adegan orang tua yang mengomel tanpa henti kepada buah hatinya yang sedang belajar namun tidak juga memahami isi dari materi pembelajaran yang disampaikan orang tua. Habislah kesabaran itu sehingga emosi terluapkan dengan mengomeli anaknya sendiri.

Melihat video tersebut sungguh miris memang namun mau bagaimana lagi begitulah fakta yang ada pada saat ini. Pembelajaran tatap muka secara langsung di sekolah tak mungkin dapat dilakukan mengingat kondisi pandemi seperti ini. 

Alhasil pembelajaran dilaksanakan secara jarak jauh dengan sistem online. Sehingga mau tidak mau orang tua harus rela meluangkan waktu untuk membelajari anak-anaknya dari rumah. Mendampingi, menemani, dan membimbing buah hati untuk dapat mengikuti pembelajaran jarak jauh dengan optimal.

Namun pembelajaran jarak jauh tidak dapat berjalan dengan optimal ternyata. Banyak sekali hambatan yang harus dihadapi, baik sinyal, kuota internet, atau bahkan keterbatasan perangkat untuk mengakses internet. 

Ditambah lagi dengan kondisi perekonomian keluarga yang terguncang di kala pandemi ini. Semakin menambah problema yang ada sehingga berpengaruh pada psikis orang tua. 

Terjebak dalam kebingungan dimana untuk menafkahi keluarga saja sulitnya bukan main ditambah waktu yang terbatas harus menemani anaknya belajar di rumah. Tak seperti biasanya dimana saat harus bekerja, anak-anak mereka "dititipkan" di sekolah, saat ini sepenuhnya orang tua mendampingi belajar putra-putrinya sepanjang hari.

Kompleksitas permasalahan yang ada berdampak pada emosi yang tak terkontrol maka jadilah sebuah adegan yang miris untuk dilihat. Orang tua dengan galaknya tak sabar membimbing anak kandungnya sendiri yang mana merupakan amanah. Menyedihkan memang melihat tersebut terjadi belakangan ini di masyarakat.

Hal tersebut sangat berdampak pada kondisi perkembangan psikologis dan kesehatan mental anak itu sendiri di masa yang akan datang. Edukasi tentag hal ini sangat perlu mengingat dari keluargalah karakter kepribadian anak terbentuk. Jangan sampai di kemudian hari anak-anak yang kita sayangangi terganggu kondisi psikologis dan kesehatan mentalnya akibat perilaku kasar orang tua terhadap anak.

Mungkin akan lebih baik jika mencoba menilik dari sisi yang lain. Sisi positf tentunya. Memang kondisi sangat sulit untuk saat ini. Setidaknya waktu bersama keluarga dan anak akan lebih banyak dari biasanya. Memanfaatkan waktu mendidik anak dan menemani anak sepanjang hari. Menikmati kelucuan-kelucuan si buah hati dengan tawa canda bahagia sebagai pelipur lara atau bahkan obat pusing kepala di tengah guncangan pandemi ini. 

Terlalu tega jikalau harus membentak anak kandung sendiri karena tak kunjung memahami materi pembelajaran. Menumbuhkan rasa sabar dan cinta kasih terhadap buah hati bukankah lebih baik dikedepankan daripada mebiarkan emosi membuncah sedemikian rupa dan anak menjadi sasaran empuknya. 

Bukankah anak adalah cerminan dari kita sebagai orang tua? Ingatlah masa kecil anak dimana penuh dengan kelucuan-kelucuaannya tal dapat terulang di kemudian hari. Maka mari manfaatkan mari rasakan menikmati kebahagian si buah hati dalam keseharian kita yang sedang diuji. Sebagai motivasi dan pelipur lara dalam menghadapi kehidupan ini. Maka dari itu, "Ayah Bunda, jangan galak-galak ya!" (prp)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun