Bersepeda saat ini menjadi tren di tengah masa pandemi. Tak dipungkiri setiap pagi atau sore hari ruas jalan penuh dijejali para pesepeda. Beragam jenis sepeda mewarnai, ada sepeda lipat, sepeda gunung, atau sepeda balap. Energi untuk kembali bergerak di era normal baru tak tertahankan.
Tak hanya bertujuan untuk berolahraga namun juga sudah menjadi gaya hidup masyarakat masa kini. Tak peduli harga melambung tinggi, semahal apapun tetap dibeli. Dibalik itu semua, olahraga sepeda tersirat makna filosofis di dalamnya. Nilai filosofis itu adalah tentang mengalahkan diri sendiri.
Bersepeda di dataran tinggi memang menawarkan berbagai macam keindahan alam. Namun, untuk mencapai dan dapat menikmati indahnya alam yang ditawarkan tidak semudah yang dibayangkan. Tanjakan terjal penuh kelokan harus dilalui dengan penuh daya juang tinggi. Lelah jelas terasa namun harus dikalahkan dengan semangat. "Jangan mau kalah dari rasa lelah", kalimat itu yang harus ditanamkan dalam diri.
Mencoba rute baru bersama teman-teman untuk lebih menjangkau pelosok wilayah Ungaran dan sekitarnya. Hasil diskusi di grup whatsapp kami putuskan untuk mencoba rute Ungaran-Pringapus-Gondoriyo-Ngobo dan kembali ke Ungaran. Tepat pukul 6.00 WIB kami mulai "mancal pedal" bersama.
Belum ada lima menit kami gowes dari titik kumpul, kami pun sudah disambuta tanjakan yang lumayan panjang, mulai dari Pasar Babadan hingga lepas Pom Bensin Lemah Abang. Untungnya sudah biasa kami lewati tanjakkan itu, namun tetap saja membuat napas kami ngos-ngosan. Istirahat sejenak sembari sedikit menguk air putih sekedar membasahi tenggorokan yang mulai mengering.
Kami pun melanjutkan perjalanan dan akhirnya memasuki wilayah Kecamatan Pringapus. Terdapat banyak sekali pabrik di wilayah ini karena wilayah ini termasuk kawasan Industri di Kabupaten Semarang.Â
Kami terus menggowes sepeda, hingga pada akhirnya kami memasuki kawasan gondoriyo. Perjuangan dimulai kembali, kawan ! Memasuki perkampungan, lalu perkebunan karet yang penuh tanjakkan berkelok. Kami saling menyemangati dan mengingatkan satu sama lain.
"Jangan mau kalah sama capek!"
"Jangan mau kalah sama tanjakkan!"Â
Itulah teriakan-teriakan semangat dari kami. Saling memotivasi, saling menjaga satu sama lain, dan jangan sampai ada teman yang tertinggal jauh di belakang, sebuah kebersamaan yang harus dikedepankan.Â
Tanjakan demi tanjakkan akhirnya dapat terlewati meski dengan penuh perjuangan. Ada yang mampu tanpa henti menggowes sepedanya lalui tanjakan dengan mudah ada pula yang harus susah payah melewatinya, bahkan ada juga yang "nuntun" sepeda. Tidak masalah yang penting semua sampai tujuan.
Sepanjang rute yang kami lalui, kami disuguhi pemandangan indah dan memesona. Sawah luas terbentang dengan latar belakang Gunung Ungaran, perkebunan karet yang meneduhkan, dan sungai-sungai nan jernih. Ditambah lagi dengan kehangatan masyarakat wilayah tersebut dengan sapaan dan senyuman menyejukkan hati sehingga menambah kesan damai dalam jiwa.
Dalam perjalanan gowes dengan rute yang kami lalui kali ini, memang benar-benar menguras tenaga dibandingkan dengan rute-rute sebelumnya.Â
Tak peduli semahal apa sepeda anda, tak peduli seterkenal apa merk sepeda anda, pada akhirnya semua sama-sama merasakan lelah dan merasakan berjuang bersama untuk mengalahkan diri sendiri.Â
Setiap perjalanan tersirat makna filosofis mendalam, untuk kali ini tentang bagaimana mengalahkan diri sendiri. Apakah kita mampu menaklukkan tanjakan atau sebaliknya kita ditaklukkan oleh tanjakan. (prp)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H