Mohon tunggu...
Prama Ramadani Putranto
Prama Ramadani Putranto Mohon Tunggu... Guru - Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menaklukkan atau Ditaklukkan Tanjakan

12 Juli 2020   11:57 Diperbarui: 12 Juli 2020   12:08 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah Satu Keindahan Alam yang Ditawarkan - Dokumen Pribadi

Bersepeda saat ini menjadi tren di tengah masa pandemi. Tak dipungkiri setiap pagi atau sore hari ruas jalan penuh dijejali para pesepeda. Beragam jenis sepeda mewarnai, ada sepeda lipat, sepeda gunung, atau sepeda balap. Energi untuk kembali bergerak di era normal baru tak tertahankan.

Tak hanya bertujuan untuk berolahraga namun juga sudah menjadi gaya hidup masyarakat masa kini. Tak peduli harga melambung tinggi, semahal apapun tetap dibeli. Dibalik itu semua, olahraga sepeda tersirat makna filosofis di dalamnya. Nilai filosofis itu adalah tentang mengalahkan diri sendiri.

Bersepeda di dataran tinggi memang menawarkan berbagai macam keindahan alam. Namun, untuk mencapai dan dapat menikmati indahnya alam yang ditawarkan tidak semudah yang dibayangkan. Tanjakan terjal penuh kelokan harus dilalui dengan penuh daya juang tinggi. Lelah jelas terasa namun harus dikalahkan dengan semangat. "Jangan mau kalah dari rasa lelah", kalimat itu yang harus ditanamkan dalam diri.

Mencoba rute baru bersama teman-teman untuk lebih menjangkau pelosok wilayah Ungaran dan sekitarnya. Hasil diskusi di grup whatsapp kami putuskan untuk mencoba rute Ungaran-Pringapus-Gondoriyo-Ngobo dan kembali ke Ungaran. Tepat pukul 6.00 WIB kami mulai "mancal pedal" bersama.

Belum ada lima menit kami gowes dari titik kumpul, kami pun sudah disambuta tanjakan yang lumayan panjang, mulai dari Pasar Babadan hingga lepas Pom Bensin Lemah Abang. Untungnya sudah biasa kami lewati tanjakkan itu, namun tetap saja membuat napas kami ngos-ngosan. Istirahat sejenak sembari sedikit menguk air putih sekedar membasahi tenggorokan yang mulai mengering.

Kami pun melanjutkan perjalanan dan akhirnya memasuki wilayah Kecamatan Pringapus. Terdapat banyak sekali pabrik di wilayah ini karena wilayah ini termasuk kawasan Industri di Kabupaten Semarang. 

Kami terus menggowes sepeda, hingga pada akhirnya kami memasuki kawasan gondoriyo. Perjuangan dimulai kembali, kawan ! Memasuki perkampungan, lalu perkebunan karet yang penuh tanjakkan berkelok. Kami saling menyemangati dan mengingatkan satu sama lain.

"Jangan mau kalah sama capek!"

"Jangan mau kalah sama tanjakkan!" 

Itulah teriakan-teriakan semangat dari kami. Saling memotivasi, saling menjaga satu sama lain, dan jangan sampai ada teman yang tertinggal jauh di belakang, sebuah kebersamaan yang harus dikedepankan. 

Tanjakan demi tanjakkan akhirnya dapat terlewati meski dengan penuh perjuangan. Ada yang mampu tanpa henti menggowes sepedanya lalui tanjakan dengan mudah ada pula yang harus susah payah melewatinya, bahkan ada juga yang "nuntun" sepeda. Tidak masalah yang penting semua sampai tujuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun