Pendidikan anak usia dini, yaitu mencakup rentang usia 0 hingga 5 tahun, memiliki peranan yang sangat krusial dalam membentuk karakter dan kepribadian seorang anak. Pada periode ini, anak mengalami perkembangan yang sangat penting untuk membangun intelegensi mereka secara permanen. Selain itu, anak-anak pada usia ini memiliki kemampuan menyerap informasi dengan tingkat kepekaan yang tinggi. Media massa dan media elektronik telah banyak mengungkapkan potensi yang dimiliki oleh anak usia dini, dan banyak penelitian juga telah dilakukan untuk membuktikan bahwa mereka memiliki potensi intelegensi yang luar biasa pada tahap perkembangan ini.
(Muhyidin dkk., 2014) Pendidikan anak usia dini merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan yang memfokuskan pada pembentukan dasar pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (kemampuan berpikir, kreativitas, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual), aspek sosial-emosional (sikap, perilaku, dan agama), serta bahasa dan komunikasi.
Program ini dirancang dengan memperhatikan keunikan dan tahap perkembangan yang dialami oleh anak-anak pada usia dini. Hingga saat ini, banyak orang tua dan guru yang kurang menyadari potensi luar biasa yang dimiliki oleh anak-anak pada usia dini. Keterbatasan pengetahuan dan informasi yang dimiliki oleh mereka telah menyebabkan terhambatnya perkembangan potensi anak. Karena alasan ini, pendidikan usia dini, prasekolah, dan taman kanak-kanak harus diperhatikan dengan serius dan tidak boleh diabaikan.
Anak-anak yang berusia di bawah lima tahun memiliki potensi intelegensi yang luar biasa. Namun, seringkali orang tua dan guru hanya mampu memberikan sedikit pengajaran kepada mereka. Sebenarnya, anak-anak pada usia muda tidaklah sulit dalam belajar, tetapi masalahnya seringkali terletak pada orang tua atau guru. Kita sering menyalahkan anak-anak jika perilaku mereka tidak sesuai dengan harapan kita. Namun, hal ini lebih disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan pemahaman kita tentang perkembangan jiwa anak, sehingga sering kali kita tidak memperlakukannya dengan tepat atau kurang tepat.Â
Anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar dan memiliki kemampuan menyerap informasi dengan tingkat yang luar biasa. Sayangnya, banyak orang yang tidak mengakui dan memahami potensi "ajaib" yang dimiliki oleh anak-anak. Mereka hanya menyadari bahwa anak-anak belajar lebih cepat, tetapi sebenarnya mereka tidak sepenuhnya mengerti seberapa cepat anak-anak dapat belajar. Keterbatasan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh orang tua dan guru menyebabkan potensi luar biasa yang ada pada setiap anak sebagian besar tidak dimanfaatkan sepenuhnya.
Proses belajar anak dimulai sejak mereka dilahirkan. Kemampuan belajar anak tidak hanya terbatas pada satu aspek saja, melainkan melibatkan berbagai hal. Tahapan perkembangan anak sangat penting dalam membentuk dasar belajar untuk masa depan. Menariknya, terdapat beberapa pondasi penting yang mendukung proses ini, yaitu:
1. Keterampilan Motorik Kasar
Banyak orang tua yang hanya memperhatikan pertumbuhan fisik anak ketika mengukur perkembangan mereka. Padahal, hanya fokus pada aspek fisik saja tidaklah cukup. Ada aspek lain yang juga perlu dipantau untuk mengetahui kemajuan tumbuh kembang anak, seperti keterampilan motorik kasar. Keterampilan ini melibatkan penggunaan otot lengan, kaki, dan anggota gerak lainnya untuk melakukan gerakan tubuh atau berpindah posisi.Â
Untuk menilai apakah anak telah mengembangkan keterampilan motorik kasar dengan baik, cukup mudah. Keterampilan motorik kasar dapat dilihat dari kemampuan anak dalam menggunakan otot-otot besar, seperti berjalan sesuai dengan usianya, bermain sepeda, merangkak, berlari, dan masih banyak lagi.
2. Kemampuan Motorik Halus
Sementara itu, kemampuan motorik halus memiliki cakupan yang lebih spesifik. Ini mencakup tahapan perkembangan gerakan yang melibatkan otot-otot kecil dengan koordinasi mata-tangan. Kegiatan motorik halus ini meliputi bermain dengan gelang karet, bermain dengan kertas, bermain dengan lilin, makan menggunakan sendok, bertepuk tangan, dan sebagainya. Dalam hal ini, peran Anda sebagai orang tua sangat penting dalam mengajarkan anak mengembangkan kemampuan motorik halus mereka. Selain itu, penting juga untuk memastikan bahwa anak memperoleh nutrisi yang cukup setiap harinya, karena hal ini akan mendukung fondasi belajar mereka dengan memberikan asupan gizi yang seimbang.
3. Literasi
Kemampuan literasi merupakan pilar penting dalam mendukung proses belajar anak. Literasi meliputi kemampuan anak dalam berbicara, berbahasa, dan berkomunikasi dengan orang lain. Kemampuan ini dapat dikembangkan melalui berbagai cara, salah satunya adalah melalui interaksi yang sering dengan anak dalam berbicara.
4. Kemampuan Kognitif
Menurut (Marinda, 2020) Perkembangan kognitif adalah proses bertahap di mana kemampuan kognitif seseorang mengalami perubahan, termasuk pikiran, daya ingat, dan pemrosesan informasi. Hal ini memungkinkan individu untuk memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan. Salah satu contoh kemampuan kognitif pada anak adalah kemampuannya dalam memahami informasi dan pengalaman pribadi. Sebagai contoh, ketika anak diberi instruksi untuk melakukan sesuatu, ia akan dapat memahami apa yang disampaikan oleh orang dewasa. Inilah salah satu bentuk kemampuan kognitif yang dimiliki oleh anak.
5. Kemampuan Bersosialisasi dan Mandiri
Pilar terakhir adalah kemandirian sosial, yang melibatkan perkembangan individu dan kemampuan sosialisasi anak. Salah satu contohnya adalah anak dapat makan sendiri atau minum menggunakan gelas sendiri, menunjukkan perkembangan dalam kemandirian pribadi. Selain itu, kemampuan bersosialisasi juga meliputi berbagai aspek, seperti bagaimana anak menjalin persahabatan dengan orang lain, sejauh mana ia memiliki kemudahan dalam bergaul, dan kemampuan anak untuk mengenali orang-orang di sekitarnya.
Disarankan untuk mengajarkan berbagai fondasi ini sejak dini agar dapat menjadi pondasi yang kuat dalam proses belajar. Dengan demikian, ketika anak memasuki dunia pendidikan, ia telah memiliki persiapan yang memadai untuk menghadapinya.
Referensi :
Marinda, L. (2020). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget Dan Problematikanya Pada Anak Usia Sekolah Dasar. An-Nisa': Jurnal Kajian Perempuan Dan Keislaman, 13(1), 116--152. https://doi.org/10.35719/annisa.v13i1.26
Muhyidin dkk. (2014). Ensiklopedia Pendidikan Anak Usia Dini 1. 1--7.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H