Himpunan Mahasiswa Pascasarjana (HMP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta merupakan organisasi kemahasiswaan (Ormawa) sebagai wadah pengembangan mahasiswa Program Doktor dan Magister di UNS. Hari itu, Selasa (18/07/2023) Ormawa yang bermarkas di lantai 4 Gedung Sekolah Pascasarjana itu menggelar webinar dengan mengundang alumni dari mancanegara. Selesai kegiatan, beberapa orang kemudian berinisiatif untuk mengagendakan pergi bersama untuk berwisata. Dari sinilah, Ekspedisi Sepikul dimulai!
Sukoharjo, Jawa Tengah telah lama melemparkan ajakan terbuka kepada rekan-rekan HMP untuk berwisata ke Gunung Sepikul, sebuah lokasi yang mungkin lebih cocok disebut sebagai bukit yang ramai dikunjungi wisatawan di Desa Tiyaran, Kecamatan Bulu, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. "Ayo kita ke Gunung Sepikul, di Bulu"Â ajaknya berkali-kali. Â Setelah selesai menggelar webinar yang cukup hectic dalam persiapan dan pelaksanaannya, rasa-rasanya beberapa rekan butuh rehat dari gerahnya dunia kampus apalagi soal Disertasi dan Tesis yang sudah mesti dimulai segera.Â
Wardhatul Livia, salah seorang panitia kegiatan webinar yang merupakan mahasiswi asalAdalah Bambang, Ryan, Stella juga Pramana yang kemudian mengiyakan ajakan Livia -biasa ia disapa- untuk wisata (mendaki) bersama ke Gunung Sepikul. Tanpa banyak pertimbangkan, rencana dibuat untuk keesokan harinya. Kesepakatan itu sekaligus mendaulat Livia sebagai Ketua Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) dihimpunan kami. Arahan pertamanya sebagai ketua, kunjungan ke Gunung Sepikul tidak hanya untuk wisata, namun juga aksi peduli sampah! Sungguh ide yang sangat mulia dan terpuji, bukan ?.
Rabu (19/07/2023) 5 personil Tim Ekspedisi Sepikul sampai dilokasi sekitar pukul 07.30 WIB. Tanpa pemanasan, tim yang terdiri dari 2 perempuan dan 3 laki-laki langsung menyusuri jalur menuju arah puncak Gunung Sepikul. Layaknya pendakian pada umumnya, jalur terdiri dari jalan setapak dan bebatuan yang tajam, cukup berbahaya jika tidak berhati-hati. Benar saja, sesuai arahan ketua Mapala, sepanjang jalur menuju puncak, Tim Ekspedisi Sepikul menemui banyaknya sampah plastik bekas snack dan botol minum yang berserakan tersebar disepanjang jalur pendakian.
Meski beberapa titik telah telah disediakan tempat sampah, nampaknya belum cukup mengajak para pendaki untuk membuang sampah pada tempat yang telah disediakan. Sepanjang jalur pula tim bertemu banyak rombongan  yang turut menuju arah puncak, maupun arah turun menuju pos parkir. Tim menuju arah puncak dan aksi peduli sampah direncanakan ketika arah turun nantinya.Â
Setelah sekitar setengah jam tim menyusuri jalur naik yang sangat terjal dalam arti yang sesungguhnya, akhirnya sampailah tim pada titik tertinggi. Berwujud bongkahan batu besar, tertancap sebuah papan penanda lokasi tersebut merupakan puncak Gunung Sepikul, yang merupakan tujuan Tim Ekspedisi Sepikul. Sambil menikmati sinar matahari pagi, tim mengabadikan momen dengan mengambil gambar dan video menggunakan ponsel pintar masing-masing. Pijakan kaki dan pegangan tangan mesti kuat, sebab jika tidak tim bisa terluka bahkan cidera dengan kondisi medan yang ada.Â
Sambil istirahat, Tim Ekspedisi Sepikul sejenak menikmati pemandangan lingkungan sekitar Gunung Sepikul yang cukup asri. Tampak rumah-rumah warga, persawahan, bahkan tambang batu kapur dari titik yang disebut Puncak Sepikul Sehat. Angin sepoi-sepoi, juga matahari pagi menuju siang yang belum terlalu panas menyengat, cukup pas untuk menghangatkan badan. Selain Tim Ekspedisi Sepikul, ada pula beberapa rombongan lain yang sedang mengabadikan momen termasuk rombongan pesepeda yang membawa sepedanya ke Puncak Gunung Sepikul sekedar untuk properti berfoto.Â
Ketika tim tengah menikmati suasana Puncak Sepikul Sehat dan niat untuk aksi peduli sampah, ternyata tidak hanya sampah plastik yang ditemukan. Tim juga mendapati sampah-sampah visual hasil tangan jahil para pengunjung (pendaki) Puncak Sepikul Sehat. Tim mendapati tulisan-tulisan vandalisme di bebatuan Puncak Sepikul Sehat. Tentu sampah visual ini menjadi bagian yang tidak bisa dipungut untuk  dibuang ke tempat sampah sebagaimana mestinya. Andai bisa, Tim Ekspedisi Sepikul tentu akan melakukannya.Â
Dari beberapa coretan yang ada, ada satu tulisan yang membuat para personil Ekspedisi Sepikul cukup tergelitik, berupa sepasang nama perempuan dan laki-laki. Coretan itu terbaca sebagai Aulia (nama perempuan) dan seorang (yang sepertinya laki-laki) berinisial F. "Seperti apa Aulia dan F ini, apakah mereka masih pacaran, atau malah sudah putus? Apakah kita perlu buat juga, Ryan dan Bambang? Ha ha ha"Â candaan seorang personil. Mitos langgeng macam apa yang mereka percayai sehingga perlu mengotori keindahan Puncak Gunung Sepikul. Heran. Siapapun yang mengenal Aulia dan pasangan berinisial F nya, tolong sampaikan salam dari Tim Ekpedisi Sepikul.Â
Setelah merasa cukup beristirahat dan menikmati kesejukan Puncak Sepikul Sehat, Tim Ekspedisi Sepikul memutuskan turun. Menyiapkan kantong kresek yang telah dibawa dari rumah sebagai wadah sampah plastik yang kami temukan sepanjang jalur turun untuk kami kumpulkan dan buang pada tepat yang semestinya. Aksi ini merupakan ajakan untuk banyak pihak, agar berwisata  dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan dengan tidak meninggalkan sampah sembarangan. Khususnya Gunung Sepikul, yang merupakan kawasan wisata alam yang masih asri di Kabupaten Sukoharjo. Tim Ekspedisi Sepikul melanjutnya petualangan menuju lokasi berikutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H