Mohon tunggu...
Rio agung
Rio agung Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Tentang perdesaan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keadaan Masyarakat Pedamaran Sejak Perusahaan Sawit Masuk ke Pedamaran dan Revitalisasi Mata Pencaharian di Lahan Gambut

26 Mei 2023   09:21 Diperbarui: 26 Mei 2023   10:30 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pemanfaatan purun sebagai mata pencaharian warga Pedamaran tidak terlepas dari nilai budaya dan tradisi yang terkandung pada kegiatan menganyam purun. Budaya juga menjadi salah satu alasan mengapa mereka meneruskan kegiatan tersebut dari generasi ke generasi. 

Sebagaimana dijelaskan oleh salah seorang responden bahwa anaknya harus diajari menganyam sebab menganyam merupakan tradisi turun-temurun. Pernyataan ini menunjukkan bahwa budaya menjadi salah satu faktor keberlanjutan dari pemanfaatan purun sebagai mata pencaharian di Pedamaran. Sebagai contoh, masyarakat Pedamaran menggunakan tikar purun sebagai alas duduk di rumah dan berbagai ritual adat (Lampiran). Tikar tersebut juga digunakan dalam acara adat tradisional seperti pernikahan, penguburan ari-ari bayi yang baru lahir, pemakaman, serta peresmian rumah baru. 

Tanaman purun diambil dari Lebak atauRawa Gambalan yang berjarak 2–3 jam dari desa menggunakan perahu getek. Tanaman tersebut kemudian dijual kepada penganyam dengan harga Rp7.000,00–10.000,00 per ikat, yang dapat dibuat menjadi 2–3 lembar tikar. 

Para responden penganyam di Kecamatan Pedamaran dapat membuat 1–3 lembar tikar standar yang dihargai Rp5.000,00–8.000,00 per lembarnya oleh para pengumpul, bergantung pada ukuran. Menurut responden penganyam, harga tikar ini masih terlalu rendah mengingat proses pembuatannya yang lama. Para responden pengumpul menyebutkan bahwa mereka dapat mengumpulkan 1–2 kodi tikar per hari yang kemudian dijual kepada pedagang tikar dengan keuntungan Rp5.000,00–10.000,00 per kodi.

Tikar di Pedamaran umumnya dijual ke luar daerah oleh para pedagang menggunakan transportasi darat. Terdapat dua jenis responden pedagang tikar di Pedamaran, yaitu yang menjual langsung ke pembeli dan ke pedagang lainnya. Tikar-tikar ini dijual bukan hanya di Sumatera Selatan, tetapi juga di provinsi-provinsi lain di Sumatera.

Tikar tersebut didistribusikan antara lain ke daerah Kecamatan Tugu Mulyo (Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan), Desa Lubuk Seberuk (Kecamatan Lempuing Jaya, Kabupaten OKI, Provinsi Sumatera Selatan), Kota Lubuklinggau (Provinsi Sumatera Selatan), Kabupaten Empat Lawang (Provinsi Sumatera Selatan), Kota Pekanbaru (Provinsi Riau), dan Kota Curup (Provinsi Bengkulu). Para pedagang biasa menjual tikar purun dengan harga Rp7.500,00–20.000,00 per lembar.

Penduduk juga dapat membeli langsung tikar khusus (contoh: tikar untuk pernikahan) kepada para pengrajin. Tikar ini hanya dibuat berdasarkan pesanan. Harga satu set tikar pernikahan adat Pedamaran (yang terdiri dari 2 lembar tikar tiga warna untuk alas tidur pengantin dan 1 lembar tikar putih untuk prosesi pernikahan) berkisar antara Rp150.000,00–300.000,00. Harga satu set tikar ini lebih mahal dibandingkan dengan tikar biasa akibat tingkat kesulitan pembuatan tikar yang jauh lebih tinggi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun