perusahaan perkebunan sawit. “2015 lalu, kami tidak punya bahan baku purun. Lokasi purun kami terbakar. Kami terpaksa membelinya dari daerah lain. Misalnya dari Pangkalanlampan. Jumlahnya terbatas dan harganya lebih mahal,”Syarifudin Gusar, pegiat lingkungan hidup Pedamaran yang menjadi jaringan SHI Sumsel
Lokasi purun milik masyarakat Pedamaran yang tersisa itu berada di Lebak Purun Arang Setambun yang luasnya sekitar 1.000 hektare. Lokasi ini di sekitar konsesi perkebunan sawit, yang 2015 lalu turut terbakar
Selain habisnya purun, produksi ikan di Pedamaran pun mengalami penurunan. Dampaknya ikan asin, pekasem (ikan difermentasi) dan selai ikan, sulit diproduksi masyarakat Pedamaran. “Kalau dulu setiap kali kita bertandang ke rumah warga pasti dihidangkan pindang ikan. Sekarang jarang sekali, justru mi instan yang sering.”
KERAJINAN MENGGANYAM TIKAR PURUN
Salah satu kerajinan anyaman tradisional yang masih banyak dipakai dikalangan masyarakat sumatra Selatan adalah Tikar Purun atau Tikar Pedamaran.
Sebagian besar tikar purun bermotif geometris dan memiliki daya tahan yang cukup tinggi ,karena dibuat dari tanaman purun yang batangnya berserat,yang memiliki kemiripan dengan pandan ,tumbuhan ini merupakan tumbuhan rumput yang hidup liar di dekat air atau rawa -rawa di sekitar kabupaten Ogan Ilir Dan Ogan Komring Ilir
Kerajinan ini pun banyak dikerjakan oleh ibu-ibu rumah tangga atau kaum wanita, kerajinan tikar purun ini berlangsung turun temurun sampai dengan sekarang.
A.HASIL
1.Kondisi umum
Masyarakat Pedamaran sejak turun- temurun telah memanfaatkan rawa gambut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Praktik pengambilan komoditas rawa gambut ini dilakukan secara manual tanpa proses pembakaran. Di antara aktivitas tersebut adalah menggunakan tanaman purun dan berbagai ikan sebagai bahan baku produk yang akan dijual kembali oleh masyarakat ke dalam atau luar Pedamaran.
Kegiatan menganyam purun menjadi tikar merupakan salah satu tradisi sekaligus mata pencaharian masyarakat di Pedamaran. Umumnya, para penganyam merupakan perempuan yang diajari menganyam oleh ibu dan nenek mereka sejak dini. Motivasi utama para responden adalah untuk membantu suami mereka memenuhi kebutuhan rumah tangga. Mereka juga mendapatkan beberapa manfaat tambahan seperti mengisi waktu luang, membuat lebih sehat, mengurangi stress, dan dapat membeli kebutuhannya sendiri.