Mohon tunggu...
Prajna Dewi
Prajna Dewi Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang terus berjuang untuk menjadi pendidik

Humaniora, parenting, edukasi.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Ketika Anak Sering Terlambat Masuk Sekolah

21 Oktober 2022   10:15 Diperbarui: 21 Oktober 2022   19:47 2232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Wi, gimana ini ya menghadapi siswa yang terlambat terus? Seminggu bisa dua kali terlambat, selalu ada  saja alasannya...."

Sahabatku yang menjadi wakil kepala sekolah bidang kesiswaan di sebuah SMP sudah kehabisan cara menghadapi siswanya yang sering terlambat. Sudah dipanggil dan dinasihati berulang kali, sudah diberikan konsekuensi, orang tuanya pun sudah diundang ke sekolah membicarakan masalah ini, namun kebiasaan buruknya tidak kunjung berubah.

Apakah ini efek budaya?

Ada yang menyebut orang Timur sebagai masyarakat dengan budaya ngaret. Lewat bukunya yang berjudul “Beyond Culture”, Edward Hall menyebutkan tentang  “polychronic culture”.

Sebuah budaya yang memandang waktu bukan sebagai garis lurus. Karakteristik masyarakat Timur yang “santai” dalam memandang waktu, tanpa rasa khawatir karena anggapannya selalu akan ada kesempatan.  Tak kan lari gunung dikejar. Kalau bisa sesuai waktu baik, kalo tidak terkejar, tidak apa.

Coba perhatikan jam dimulainya kegiatan dengan waktu yang tertera pada suatu undangan, biasanya akan berbeda lima belas hingga tiga puluh menit. Namun tidak ada yang protes, semua maklum.

Tetapi sekolah sebagai institusi pendidikan, yang menanamkan karakter disiplin, hal seperti di atas tentunya tidak boleh terjadi. Sekolah harus membiasakan siswa tepat waktu. Menepati jadwal yang sudah ditetapkan. Jika kebiasaan terlambat ini diteruskan hingga dewasa, dapat dipastikan ia akan menghadapi masalah ketika masuk dunia kerja.

Hal ini perlu dipahami dan didukung oleh semua orang tua siswa.

Mengapa kebiasaan terlambat harus dihentikan?

1. Mengganggu konsentrasi siswa

Anak yang berangkat sekolah dalam ketergesaan, pasti kurang persiapan. Bahkan kadang mereka juga melewati sarapan paginya.

Setiba di sekolah, ia harus mengikuti serangkaian prosedur sebagai konsekuensi keterlambatannya. Hal-hal ini tentu akan mengganggu konsentrasinya dalam mengikuti pembelajaran, ditambah pula tatapan teman sekelas dan teguran guru, semakin membuat kondisi anak jadi tidak nyaman.

Tidak heran jika pada akhirnya siswa yang sering terlambat akan terganggu prestasi akademiknya.

Sesungguhnya yang terganggu konsentrasinya bukan hanya anak yang terlambat, guru yang terpaksa berhenti saat sedang menjelaskan dan siswa lain yang sedang menyimak penjelasan, pasti ikut terganggu.

Sumber: Freepik.com
Sumber: Freepik.com

2. Menjadi terbiasa dan masa bodoh

Ketika keterlambatan dibiarkan terus menerus terjadi, lama kelamaan anak akan menjadi terbiasa. Ia akan bersikap masa bodoh, baik teguran guru, maupun tatapan teman-teman sudah menjadi hal yang ia anggap biasa. Tidak ada rasa sungkan dan malu.

Saat kebiasaan buruk ini makin menguat, akan sangat sulit bagi orang tua dan sekolah untuk mengubah anak menjadi orang yang tepat waktu dan disiplin.

Siapa saja yang harus mengajarkan siswa karakter disiplin?

Kalau bicara tentang pelaku pembentukan karakter, maka berarti kita membicarakan peran dari keluarga, sekolah dan lingkungan. Tiga komponen inilah yang membentuk karakter manusia, sejak lahir hingga dewasa.

Pada sebuah kegiatan parenting, salah seorang peserta bertanya, dari tiga komponen di atas, peran siapakah yang paling penting? Tanpa ragu saya menjawab tegas: Keluarga. Ya, keluarga  adalah faktor terpenting dalam membentuk karakter anak.

Ki Hajar Dewantara menyebut, semua ibu adalah guru pertama manusia. Orang tua, ibu, adalah figur otorita yang menanamkan banyak hal pada empat tahun pertama seorang anak. Setelahnya barulah peran mendidik anak dilakukan bersama, oleh keluarga dan sekolah.

Jadi orang tua wajib ikut berperan, mendukung kebijakan sekolah mendisiplinkan siswanya.

Apa yang harus dilakukan keluarga dalam mengajarkan disiplin ke anak?

1. Menyamakan visi

Semua anggota keluarga, ayah, ibu, kakek, nenek bahkan pengasuh harus punya satu pandangan bahwa disiplin itu penting. Mengajar anak tepat waktu, termasuk tidak terlambat hadir di sekolah, adalah bagian dari mengajarkan disiplin.

Dengan visi yang sama, maka tidak ada anggota keluarga yang mengizinkan anak bangun lebih lambat dengan alasan kasihan semalam tidurnya larut malam. 

Di sisi lain, orang tua juga perlu memberikan contoh dengan bangun tepat waktu walaupun tidur terlambat. Jangan sampai malah orang tua yang terlambat mengantar anak ke sekolah karena kesiangan bangun. Ingat, mencontohkan lewat tindakan adalah cara mendidik yang paling efektif.

2. Konsisten

Phillippa Lally,  peneliti di UK Health Behaviour Research Centre melakukan penelitian dan menyimpulkan butuh minimal enam puluh enam hari untuk membentuk sebuah kebiasaan baik.

Intinya, untuk mengubah kebiasaan buruk seperti terlambat dan tidak disiplin, harus dilakukan dengan memunculkan kebiasaan baik, yaitu kebiasaan untuk tepat waktu.

Kebiasaan yang baik ini baru dapat bertahan jika dilakukan secara konsisten, terus menerus. Tidak peduli apapun situasi sebelumnya, walau semalam tidurnya larut, bangun tepat waktu harus dilakukan.

Kebiasaan yang dipupuk terus menerus dalam jangka waktu lama secara konsisten memunculkan “otomatis”. Maka tidak belebihan ketika ada orang yang bilang bahwa setiap jam enam pagi, ia akan otomatis terbangun.

3. Ajarkan anak menerima konsekuensi

Jika karena sesuatu hal anak jadi terlambat, orangtua perlu mengajarkan anak untuk menerima kosekuensi dari sekolah.

Jangan malah orangtua mengarang berbagai cerita pada guru agar anak terbebas dari konsekuensi terlambat.

Anak perlu paham, sesekali berbuat salah adalah hal wajar, dan mendapat konsekuensi sekolah karena berbuat salah, juga adalah hal wajar yang perlu diterima dengan besar hati dan sebagai pembelajaran.

Untuk selanjutnya akan akan semakin berhati-hati memperhatikan waktu agar tidak terlambat lagi.

4. Berikan reward ketika kebiasaan baik mulai timbul

Ketika anak berhasil konsisten tepat waktu, tidak terlambat bangun, tidak terlambat ke sekolah selama jangka waktu tertentu, misal sebulan penuh, berilah reward. Apresiasi anak, baik dengan ucapan, pelukan bahkan bila perlu hadiah kecil.

Hal ini akan semakin menyemangati anak untuk terus memupuk kebiasaan baik yang mulai terbentuk.

5. Kerja sama dengan pihak sekolah

Penuhi undangan sekolah untuk membicarakan masalah keterlambatan ini. Sampaikan kondisi yang mungkin bisa jadi pemicu apa adanya. Diskusikan dengan pihak sekolah langkah apa yang perlu diambil, dan ikuti.

Terkadang perubahan tidak kunjung terjadi karena orang tua tidak menjalankan apa yang sudah disepakati bersama. Mulai dari alasan tidak sempat, tidak tega dan alasan-alasan lainnya.

Anak terlambat ke sekolah, salah satu kebiasaan buruk akibat ketidakdisiplinan, harus segera dihentikan sebelum menjadi kronis. Kebiasaan terlambat akan membawa dampak buruk bagi akademik siswa dan ketika kebiasaan membentuk karakter tidak disiplin bisa jadi akan berpengaruh buruk bagi kehidupannya kelak.

Sumber:

https://www.academia.edu/56977386/Beyond_Culture_Edward_T_Hall

https://www.thersa.org/blog-archive/rsa-blogs/2010/10/it-takes-66-days-to-form-a-habit

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun