Contoh: anak tantrum karena tidak dibelikan es krim. Setelah anak tenang, peluk dan katakan “Adek kesal ya tidak boleh makan es krim? Mama tahu es krim enak, Mama juga suka. Tapi sekarang Adek sedang batuk. Nanti kalau sudah sembuh kita sama-sama beli es krim ya.”
Cari waktu yang tepat untuk membicarakan apa yang terjadi. Ajarkan anak menceritakan apa yang ia rasakan, sampaikan pula apa yang kita harapkan.
2. Catat situasi pada hari anak tantrum
Walau para ahli mengatakan bahwa wajar anak tantrum satu hingga dua kali dalam seminggu, kita perlu segera mencatat situasi apa yang mengiringi anak tantrum.
Apakah semalam anak kurang tidur? Ataukah situasi tertentu yang sangat tidak dia sukai? Ataukah kegiatan di luar rutin yang membuatnya jadi tantrum?
Temper tantrum terkadang tidak terhindarkan, namun dengan memahami hal-hal di atas, semoga kita dapat mengurangi kemungkinan anak menjadi tantrum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H