Jurnal psikologi dari Fakultas psikologi Universitas Gajah Mada yang berjudul "Pengaruh Terpaan Kekerasan Media Audio-Visual Pada Kognisi Agresif dan Afeksi Agresif Studi Meta-Analisis", membahas penjelasan Anderson dan Bushman, bahwa kekerasan pada media seperti film dan televisi memicu agresivitas anak.
Terlebih games kekerasan, Â dengan sifat interaktifnya melibatkan anak secara aktif melakukan kekerasan (walau sebatas game), ternyata membentuk kebiasaan agresif yang berpengaruh pada interaksi sosial anak.
Perhatikan penyebab-penyebab di atas, segera cari solusinya sehingga kebiasaan anak berkelahi di sekolah dapat di ubah.
Apa yang harus dilakukan ketika anak berkelahi di sekolah?
1. Cari tahu duduk perkaranya
Hubungi pihak sekolah, tanyakan kronologi kejadiannya.
Sekolah  tentu akan menyelidiki semua kejadian perkelahian anak. Mulai dari bertanya kepada anak yang terlibat perkelahian, anak yang menyaksikan, dan untuk perkara yang serius, mereka juga akan membuka rekaman CCTV (jika ada) untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang apa yang terjadi.
Jangan mencari tahu sendiri dari sumber lain yang tidak benar-benar paham kejadiannya. Terlebih lagi, jangan langsung mencari tahu ke orang tua atau anak yang berkelahi dengan anak kita. Alih-alih menyelesaikan masalah, yang ada malah kedua orang tua jadi ribut berselisih paham.
2. Cari solusi
Setelah tahu apa yang terjadi termasuk apa pemicunya, kita dapat lebih mudah mencari solusi. Tidak jarang solusi baru akan tercipta jika ada kesepakatan dari kedua pihak.
Untuk itu bisa saja sekolah merasa perlu mempertemukan kedua orang tua. Harap dicatat, pertemuan ini bukan untuk menekan pihak yang dianggap bersalah.
Tidak perlu ada kemarahan yang diumbar, apalagi sampai mengancam mau memanggil pengacara ataupun memvisum anak yang pada akhirnya membuat masalah makin meruncing. Sekadar catatan, visum et repertum dilakukan atas permintaan kepolisian/penyidik kepada fasilitas kesehatan untuk mendapatkan informasi akurat kondisi korban kekerasan. Jadi bukan atas permintaan pribadi.
Apakah perkara seperti ini perlu sampai naik ke kepolisian? Jawabannya bisa ya, bisa tidak. Sangat tergantung pada tingkat bahaya dan keseriusannya. Yang perlu diingat, anak pun mengamati langkah yang diambil oleh orang tuanya. Ini akan menjadi bagian pembelajaran yang akan dia tiru kelak di kemudian hari.
3. Tanya apa yang anak rasakan dan apa yang dia harapkan
Sejak awal mendengar anak berkelahi, orang tua perlu mengajak anak bicara. Tanya apa yang terjadi, apa yang dia rasakan. Jika kejadian serupa terjadi, harus bagaimana? Ajak anak berdiskusi dan memahami apa yang terjadi secara obyektif.