Hal ini bukan hanya mengajarkan anak paham emosi yang dirasa, tapi juga jadi tahu bagaimana harus merespon jika sedang menghadapi orang dengan emosi yang sama.
2. Ajarkan anak mengungkapkan apa yang ia rasakan dengan cara yang benar
Setelah paham tentang emosi yang dirasakan, anak perlu mengungkapkannya. Tentu dengan cara yang benar, baik pemilihan kata maupun intonasinya.Â
Mengungkapkan apa yang dirasa bukan hanya bermanfaat agar orang sekitar jadi paham, namun juga berguna melepaskan semua perasaan negatif yang dirasakan anak.
Hal ini perlu dilatih. Bila perlu ajak anak bermain peran, melakukan simulasi dari sebuah situasi yang tidak menyenangkan.
Di sini anak belajar bahwa marah boleh, menyampaikan bahwa kita tidak suka atau kecewa juga boleh, selama disampaikan dengan tenang, tidak dengan suara keras apalagi diikuti memukul dan tindakan fisik lainnya.
Juga tidak dengan mengumbarnya di sosial media atau menyerang orang yang membuatnya marah karena hal ini dapat menimbulkan masalah.
3. Ajarkan anak mengendalikan kemarahan
Mengendalikan marah dapat dipelajari anak dari mengamati apa yang dilakukan oleh orang sabar ketika sedang menghadapi situasi yang tidak diinginkan.
Cari cerita atau film singkat yang menggambarkan orang sabar. Bahas dengan anak apa yang dia lihat, tanyakan pendapatnya.
Tunjukkan juga berita orang yang tidak dapat mengendalikan marah dan terlibat masalah karena mengumbar kemarahannya (tentunya kita pilah berita yang sesuai usia anak).
Mengendalikan marah juga dapat dilatih dengan teknik sederhana. Ajarkan anak teknik jeda seperti menarik nafas panjang, lalu menghembuskannya dengan pelan. Bisa juga dengan menghitung satu sampai sepuluh, sebelum bereaksi ketika merasa kesal.
Jangan sepelekan anak yang menunjukkan tanda mudah marah. Karena kebiasaan buruk ini dapat berkembang menjadi karakter yang akan menentukan jalan hidupnya kelak di kemudian hari.