Ya, pola asuh, cara orang tua mendidik dan membesarkan anaknya, berperan sangat besar pada emosional, kompetensi sosial juga intelektual anak.
Orang tua yang membesarkan anak dengan lemah lembut, penuh kasih sayang dan kesabaran, hampir dapat dipastikan akan mempunyai anak yang lemah lembut, penuh kasih dan juga penyabar. Karena cara pertama anak belajar adalah lewat mengamati dan meniru orang tua serta lingkungannya.
Di sisi lain, penelantaran yang dilakukan oleh orang tua (baik secara fisik ataupun psikis) dapat berakibat anak jadi tumbuh temperamental, tidak mampu mengembalikan emosi.
3. Lingkungan sekitar
Perhatikan lingkungan sekitar anak. Mulai dari pengasuh, anggota keluarga yang lain bahkan teman bermain anak.
Jika merasa sudah menjadi contoh yang baik namun anak masih mudah marah, coba cari tahu lebih lanjut.
Bisa jadi situasi lingkungan menjadi pemicunya. Komunikasikan ke anak, cari tahu apa yang membuat perasaannya tidak nyaman.
Orang dewasa pemarah di sekitarnya, yang langsung melontarkan kata kasar jika marah, atau kondisi yang membuatnya tertekan, seperti teman yang sering merundungnya dapat menjadikan anak mudah marah.
Apa yang harus dilakukan jika anak mudah marah?
1. Ajarkan anak untuk memahami apa yang ia rasakan
Memahami emosi ternyata adalah hal penting yang berperan dalam pengendalian emosi. Jika anak terlihat kesal, jangan abaikan. Sebut nama emosinya agar ia tahu apa yang ia rasakan, dan beri penjelasan.
Misal: “Adek kesal ya Mama tidak belikan es krim? Mama tahu Adek kepingin es krim. Mama juga suka es krim. Tapi sekarang Adek sedang batuk, es krim akan membuat Adek bertambah batuk. Sabar ya, kalau sudah sembuh kita beli es krim.”
Ucapkan dengan lembut, sampaikan lengkap dengan gestur yang menunjukkan kita bersimpati terhadap apa yang dirasakannya.