“Selamat membiru… selamat jadi smurf dan terus membuat tulisan yang menginspirasi “ begitu ucapan-ucapan dari teman-teman kompasianer ketika akun saya menjadi centang biru pada tanggal 23 Agustus 2022.
Beberapa sahabat kompasianer selain memberi ucapan selamat juga langsung bilang "Tulis ya tentang centang birunya di kompasiana. Ini adalah tradisi kita" begitu pesannya. Baiklah, saya akan coba menuliskan apa yang saya rasakan dalam berproses dari awal hingga hari ini di Kompasiana.
Menemukan guru dan banyak hal berharga
Tidak berlebihan kalau saya katakan bahwa di Kompasiana ini saya menemukan banyak sekali guru, teman dan sahabat yang mengajarkan banyak hal berharga.
Pesan mereka di kolom komentar untuk terus membuat tulisan yang menginspirasi sebenarnya tidak begitu tepat. Sesungguhnya teman-teman kompasianerlah yang sejak awal menjadi inspirasi saya. Berderet nama yang segera muncul setiap saya mengingat Kompasiana.
Tulisan pertama saya di Kompasiana terbit di bulan Maret 2022 lewat akun Mettasik, grup penulis “Menulis itu Ternyata Asyik” yang digagas Romo Toni Yoyo dan dipawangi Acek Rudy. Ya, Acek Rudy, guru kami para penulis baru di Mettasik.
Jayanto Chua, senior di Mettasik, adalah kompasioner yang mendorong saya bergabung dengan Mettasik, “Ayo berbuat baik, menulis tentang kebajikan. Kalau belum sempat menulis tidak apa, gabung saja dulu,” begitu kira-kira kata-kata jebakannya. Sedemikian bersemangatnya dia mengajak orang berbuat baik lewat tulisan.
Setelah membuat beberapa artikel di Mettasik, dan belajar membuat akun sendiri, Acek Rudy memperkenalkan saya dengan komunitas perpesanan kompasianer. Di sini saya berkenalan dengan Mbak Ayra Amirah, seorang penulis senior. Ternyata frekuensi kami nyambung. Mbak Ayra guru ke dua sesudah Acek. Banyak hal yang diajarkannya. Dari aturan, istilah, sampai tools yang ada di Kompasiana.
Satu hal yang saya ingat sampai hari ini, suatu hari Mbak Ayra mengajak berkolaborasi dalam artikelnya yang berjudul "Gadis Penjual Kelinci." Penulis anak bawang, diajak kolab penulis senior, hati seketika berbulan bintang bermatahari. Segera saya iyakan. Meski tugas yang diminta tidak mudah bagi saya, yaitu membuat puisi pendukung kisahnya, padahal untuk membuat sebaris syair saja pun buat saya butuh perjuangan maha besar.
Artikel dan AU pertama di akun pribadi
Angka cantik 22 Maret 2022, menandai tulisan pertama saya menggunakan akun pribadi. Setiap artikel yang dibuat, diberi vote oleh teman-teman kompasianer.
Beberapa bahkan menyempatkan menulis komentar, padahal artikel yang dibuat masih standar saja kualitasnya. Mbak Ayu Diahastuti, Mbak Siska Artati, Mbak Hennie Triana, Bu Siska Dewi, Mas Budi Susilo, Bung Elison, Bung Gregorius, Mbah Ukik, Ko Hoey Beng, Pak Kris Banarto, Bu Ling Felicia, Pak Ali Musri Syam, Bung Katedrarajawen, Bung Miguel, Mbak Widz Stoops, Engkong Felix, Mbak Isti Yogiswandani, dan masih banyak lagi kompasianer lainnya muncul menjadi dewa penyemangat.
Mbak Ayu bahkan membubuhkan komentar “Admin K, do your magic, birukan akun ini.” pada salah satu artikel yang saya buat. Sungguh bahagia membaca komennya ketika itu, tentunya bukan karena yakin akan jadi biru, toh admin Kompasiana mempunyai mekanismenya sendiri, tapi karena mendapat perhatian dari seorang penulis yang sangat saya kagumi ilmu dan isi artikel yang dibuatnya.