Mohon tunggu...
Prajna Dewi
Prajna Dewi Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang terus berjuang untuk menjadi pendidik

Humaniora, parenting, edukasi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Kebiri Kucing Jalanan Apakah Pilihan yang Tepat?

25 Agustus 2022   05:55 Diperbarui: 26 Agustus 2022   04:56 1184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kucing jalanan. Sumber: Pixabay/Lukas Jancicka via Kompas.com

Kompasiana mengangkat topik "Kebiri hewan liar apakah pilihan yang tepat?". Topik ini menarik perhatian saya sebagai pecinta kucing. Namun saya tidak menyebut kucing yang hidup di jalanan sebagai hewan liar.

Hewan liar, adalah hewan yang hidup bebas pada habitatnya. Artinya hidup pada lingkungannya di mana ia dapat memanfaatkan lingkungan tersebut untuk keberlangsungan hidupnya dan berkembang biak.

Ketika membaca berita tentang seorang anggota TNI menembak kucing liar demi alasan menjaga kebersihan lingkungan si anggota TNI, saya tersadar. Ada yang salah dengan sebutan kucing liar di sini.

Habitat kucing liar adalah gurun, sabana, dan hutan terbuka, di sana mereka dapat dengan mudah menangkap hewan buruan sebagai makanannya. Tempat dengan cukup air adalah pilihan kucing hutan di mana ia dapat minum air bersih setiap saat. Serta tempat di mana dia dapat membuang kotorannya tanpa ada yang merasa terganggu.

Kucing yang ada di area pemukiman, jelas tidak hidup di habitatnya, mereka tidak dengan mudah menemukan hewan buruan sebagai makanan untuk keberlangsungan hidupnya. Tidak heran banyak cerita kucing mati atau setengah mati gegara disiram minyak panas karena mencuri makanan.

Tidak heran pula banyak yang mati terserang penyakit ginjal akibat kekurangan minum. Lihat sekeliling kita, penuh jalanan beraspal dan bangunan berdinding beton. Adakah air bersih ketika haus dirasakan oleh mereka? Mereka juga tidak mudah menemukan tanah atau pasir untuk mengubur kotorannya.

Kucing, dibawa oleh nenek moyang kita dari hutan, dijadikan peliharaan untuk membantu mengamankan hasil panen di lumbung dari hewan pengerat. Lalu ketika populasinya menjadi tidak terkendali, mereka pun dilepas-liarkan. Bukan ke hutan tempat asalnya, tapi ke jalanan.

Sungguh luar biasa bukan kekuasaan manusia, sehingga bisa dengan mudahnya menentukan nasib dan kehidupan makhluk hidup lainnya.

Dok Pribadi
Dok Pribadi

Sekarang setelah terdampar ditengah lingkungan manusia, apa yang harus dilakukan?

Tidak ada yang bisa mereka lakukan, kecuali meneruskan takdirnya, ada manusia yang memandang mereka dengan belas kasihan dan berkenan membagi sedikit rezeki dengan memberikan mereka makan, namun tidak sedikit pula yang mencap mereka sebagai hama pengganggu karena jumlahnya yang banyak ketika populasinya tidak terkontrol.

Kala mendapat predikat hama, organisme yang merugikan dan tidak diinginkan dalam kehidupan sehari-hari manusia, maka artinya mereka bebas untuk dibasmi. Itulah nasib kucing liar.

Seorang kompasioner, Ayra Amirah lewat artikelnya menceritakan kisah sedih tentang seekor anak kucing jalanan yang baru berusia dua bulan, yang mati gegara disiram air panas ketika ketahuan mencuri makanan di sebuah warung.

Mereka tidak bisa melakukan apapun. Tapi kita, manusia yang konon berakal budi, seharusnya mampu melakukan sesuatu untuk mereka. Kebiri adalah salah satunya.

Apa itu kebiri?

Kebiri, sterilisasi pada kucing, adalah tindakan membuang organ reproduksi kucing dengan operasi. Pada kucing jantan, yang dibuang adalah testisnya, yang artinya dia tidak lagi memproduksi sperma yang dapat membuahi kucing betina.

Kucing jantan yang tidak memiliki testis, akan berkurang jauh nafsu birahinya. Ia tetap dapat kawin, dan ini baru terjadi jika ada kucing betina yang tengah birahi memancingnya untuk kawin.

Pada kucing betina yang dibuang adalah ovariumnya. Sama dengan kucing jantan, kucing betina tetap dapat kawin, namun sperma kucing jantang tidak dapat tumbuh berkembang karena tidak menemukan indung telur.

Apa efek kebiri pada kucing?

1. Berkurang agresivitas si kucing jantan

Salah satu pemicu agresivitas kucing adalah ketika memperebutkan betina di musim kawin. Dengan berkurangnya nafsu birahi, tidak ada lagi kelakuan kucing jantan yang petantang-petenteng sok jagoan berteriak-teriak adu suara saat memperebutkan si betina.

2. Berkurang sprayingnya pada kucing jantan

Spraying, kencing sembarangan, sebenarnya adalah tanda kucing jantan menunjukkan bahwa dia siap kawin serta menandai daerah kekuasannya. Dengan berkurangnya hormon testosteron setelah sterilisasi, kebiasaan spraying kucing jantan akan jauh berkurang.

3. Tidak akan hamil lagi bagi kucing betina

Ketika kucing betina menginjak usia enam bulan dia sudah bisa hamil dengan masa kehamilan dua bulan. Ternyata kucing betina bisa hamil meski masih dalam masa menyusui, artinya seekor kucing betina bisa melahirkan empat hingga lima kali dalam setahun.  Dengan jumlah anak bisa mencapai delapan ekor. Bisa dibayangkan ledakan populasi yang terjadi jika semua anak yang dilahirkannya tumbuh dewasa dan juga melahirkan anak.

Satu yang perlu dicatat, kucing betina tidak mengenal masa menopause, artinya dia akan terus melahirkan walau sudah tua. Terbayang penderitaannya, sudah tua, tubuh melemah, hidup di jalanan dengan membawa perut gendut dan terus menerus hamil.

Berapa biaya mengebiri kucing?

Harga bervariasi, yang pasti untuk kucing jantan biayanya lebih ringan dibanding kucing betina. Karena proses operasinya lebih singkat dan sederhana. Kucing jantan yang disteril dapat dilepaskan Kembali setelah hilang efek biusnya (satu hari).

Sedangkan kucing betina, sterilisasi pengangkatan ovarium dilakukan dengan membuka perutnya, kemudian dijahit. Artinya kucing betina butuh masa pemulihan yang lebih panjang, tiga sampai lima hari bahkan lebih, sampai luka jahitannya kering dan tidak beresiko infeksi.

Biaya sterilisasi kucing jantan di sekitar tempat tinggal saya berkisar 200 ribu – 300 ribu dan betina 400 ribu – 800 ribu. Selain steril berbayar, dikalangan pecinta kucing, sering ada program sterilisasi bersubsidi, bahkan gratis yang dilakukan oleh mereka yang peduli pada nasib kucing liar.

Pada awalnya saya sempat ragu untuk mensterilkan kucing-kucing yang sering datang ke tempat saya meminta makan, namun setelah membaca banyak kisah sedih dari kucing yang hidup di jalanan, saya mantap melakukan sterilisasi.

Kucing yang sudah disteril ternyata tetap datang ke rumah. Mereka malah semakin gemuk dan sehat sekarang.

 Sumber: Dok pribadi# Si Putih, salah satu kucing jalanan yang sudah disteril
 Sumber: Dok pribadi# Si Putih, salah satu kucing jalanan yang sudah disteril

Di kalangan pecinta kucing sendiri, sterilisasi masih menjadi topik yang hangat diperdebatkan, ada yang mendukung ada yang menentang dengan alasannya masing-masing. Untuk kucing peliharaan, boleh-boleh saja pemiliknya tidak mau mensterilkan si anak bulu, yang penting mampu menjaga kesejahteraan mereka.

Namun bagi kucing jalanan, saya pikir sterilisasi adalah salah satu cara untuk menyelamatkan mereka dari derita berkepanjangan. 

Note: Tanda kucing sudah di steril, telinganya ada bekas guntingan/ear tip sebagai penanda. Lihat ujung telinga kiri Si Putih. 

Sumber: alodokter

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun