“Berapa ini harganya mas?” Tanyaku pada petugas jaga di sebuah pameran produk ekspor Indonesia.
“Maaf Bu, itu tidak dijual, hanya display untuk buyer,” jawabnya sambil tersenyum.
Walau senyuman mas penjaga stan pameran manis, tetap tidak mengobati kekecewaan hati yang sudah terpikat dengan ornamen pohon Natal dari kaleng. Terbayang kakak ipar saya pasti akan sangat senang dihadiahi hiasan cantik ini di hari Natal.
“Mbak suka? Bawa saja Mbak. Ton, bungkus yang rapi!” Tiba-tiba dari arah belakang partisi muncul wajah manis yang tersenyum menyambut hangat.
“Loh, mau dibeli tidak boleh, kok ini malah dikasih?” Masih terbingung-bingung mencoba menangkap apa yang terjadi.
“Mbak Dewi lupa ya? Aku dulu murid Mbak di DPI, Desain Produk Industri di Trisakti,” jelasnya sumringah (tradisi di kampus kami menyapa pengajar dengan mas dan mbak jika belum sepuh).
“Aku sekarang produksi hiasan dari kaleng bekas, diekspor lho Mbak.” Lanjutnya dengan mata berbinar.
Ternyata stan pameran ini milik murid saya di Universitas Trisakti dulu. Murid mengingat wajah guru, tapi guru sering lupa wajah murid. Ilmu desain yang didapatnya di masa kuliah membawanya menjadi eksportir pernak-pernik.
“Ini hadiah untuk mbak," disorongkannya bungkusan ornamen tersebut.
Jangan ditanya bahagianya hati saat itu, bukan semata karena dapat ornamen gratis, namun terutama karena seorang murid yang sudah tidak jumpa bertahun-tahun, masih mengingat bahkan bisa menyebut nama.
Sesungguhnya Apa Hadiah Terindah bagi Guru?
Topik pilihan yang diangkat oleh Kompasiana, "Hadiah Naik kelas Untuk Guru" merupakan topik menarik yang mendapat banyak sekali tanggapan dari Kompasianer.
Ada yang menganggap wajar guru dilarang menerima hadiah, ada pula yang menyayangkan larangan tersebut, mau berterima kasih kok tidak boleh?
Sebagian orang berpikir, “Bukankah memberi hadiah adalah baik? Apalagi kepada yang berjasa membimbing anak kita selama ini.”
Walaupun senang menerimanya, sesungguhnya hadiah yang dibutuhkan guru, bukanlah kipas angin, atau setrika, atau kain batik, apalagi amplop dari orang tua murid. Guru membutuhkan hadiah berupa penghargaan atas kompetensi yang dimilikinya.
Maksudnya bagaimana? Apa hubungannya dengan kompetensi guru?
Terkait kompetensi guru, pemerintah menerbitkan Permendiknas No 16 tahun 2007. Secara garis besar, untuk layak disebut guru, dibutuhkan empat kompetensi.
1. Kompetensi Pedagogik
Yang berarti guru memahami “Ilmu mengajar”, tahu bagaimana mengantar seorang murid dari tidak paham sampai mendapat pencerahan.
Untuk sampai ke tahap itu, guru perlu paham peserta didik secara mendalam, karakter dan ciri murid sesuai usia, tahu metode yang sesuai untuk muridnya.
Paham bagaimana harus merancang pembelajaran yang menarik, dan pada akhirnya tahu bagaimana mengevaluasi murid bukan hanya sebatas angka. Serta tahu harus apa yang harus diperbuat jika hasil evaluasi kurang memuaskan.
2. Kompetensi Kepribadian
Artinya guru harus memiliki kepribadian yang dewasa, stabil, dan positif. Kemampuan mengelola waktu dan emosi, bertanggung jawab, tidak pilih kasih, punya kemauan untuk terus belajar dan menjadi lebih baik, merupakan ciri guru dengan kompetensi kepribadian.
Guru dengan kompetensi kepribadian adalah panutan buat murid, juga lingkungannya. Tidak perlu diragukan lagi bahwa guru dengan kompetensi kepribadian akan selalu dihormati dan dicintai muridnya.
3. Kompetensi Profesional
Guru dengan kompetensi profesional tidak perlu dipertanyakan lagi kemampuannya dalam menjalankan tugas sebagai pengajar sekaligus pendidik. Ilmu yang disampaikan dijamin sahih dan berguna sebagai bekal bagi murid-muridnya.
Kompetensi ini menunjukkan kemampuan guru menguasai bidang ilmu yang diampunya. Guru profesional juga akan selalu meningkatkan ilmunya karena untuk murid haruslah yang terbaik.
4. Kompetensi Sosial
Yang berarti guru mampu berkomunikasi, menjalin interaksi positif baik dengan sekitar, seperti murid, rekan kerja, atasan, orang tua murid, dan semua pihak yang berhubungan dengan sekolah.
Guru mampu menjalankan komunikasi yang efektif dan tetap meletakkan dirinya pada jalur yang sesuai dengan tata nilai yang ada di lingkungan dan masyarakat.
Kerja sama yang baik dengan semua pihak, jauh dari konflik, suasana harmonis adalah hasil dari kompetensi sosial guru.
Nah, untuk guru dengan kriteria di atas, hadiah terindah apa yang pantas untuk diberikan?
1. Kesempatan belajar
Ada sekolah yang memberikan gurunya kesempatan belajar, bukan hanya sebatas pelatihan, namun bahkan sampai mengikuti pendidikan formal ke jenjang yang lebih tinggi. Ini adalah hadiah indah untuk guru.
Pernah dengar istilah “Garbage in. garbage out”? Dalam dunia pemrograman, selalu ditekankan untuk memasukkan data yang baik dan benar sehingga validitas hasil terjamin. Rasanya bukan hanya dalam dunia pemrograman, dalam bidang produksi barang maupun jasa, tentunya hukum ini berlaku.
Guru yang berkompeten, perlu diberi kesempatan untuk mengasah diri menjadi makin cemerlang dengan kesempatan belajar. Semakin baik ilmu yang masuk dan diterima seorang guru, semakin mumpuni pengajarannya.
2. Kesempatan untuk mendapatkan posisi yang baik
Jika guru sudah memiliki kompetensi, juga memiliki jenjang pendidikan yang baik, maka berikanlah kesempatan pada guru tersebut untuk menapaki jenjang karir yang lebih tinggi.
Posisi yang lebih tinggi, artinya mempunya penghasilan dan tunjangan yang lebih baik. Ini adalah hadiah yang sangat indah untuk guru.
Terkadang lembaga pendidikan, terutama swasta yang dikelola dengan prinsip kekeluargaan, ada yang memberikan kesempatan hanya kepada orang dekat untuk menduduki posisi tinggi di institusinya.
Masih mending jika memang orang dekatnya itu mampu dan memiliki kompetensi seperti yang disebutkan di atas, namun akan menyedihkan bagi guru ketika melihat orang yang dipilih kompetensinya tidak sesuai dan tidak mampu memimpin, sedangkan yang mampu tidak pernah mendapatkan kesempatan.
3. Hidup layak di masa pensiun
Terakhir, ketika guru mengakhiri pengabdiannya, guru dapat hidup layak berkat penghasilannya selama ini, juga dengan pesangon yang sesuai dengan haknya.
Syukur jika diberikan lebih dari hak sebagai tanda terima kasih dari pemilik sekolah atas pengabdiannya.
Bukankah hidup layak di masa tua sebagai akhir yang bahagia ini adalah hadiah terindah untuk guru?
Guru tidak mengharap balas jasa, namun guru adalah manusia yang butuh hidup layak. Semoga kesejahteraan guru terus meningkat. Semoga semakin banyak yang memperhatikan nasib guru, terutama guru-guru yang mengajar jauh di pelosok sana.
Tulisan ini dibuat dengan penuh rasa cinta dan terima kasih untuk semua guru yang menjadikan saya hari ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H