“Berapa ini harganya mas?” Tanyaku pada petugas jaga di sebuah pameran produk ekspor Indonesia.
“Maaf Bu, itu tidak dijual, hanya display untuk buyer,” jawabnya sambil tersenyum.
Walau senyuman mas penjaga stan pameran manis, tetap tidak mengobati kekecewaan hati yang sudah terpikat dengan ornamen pohon Natal dari kaleng. Terbayang kakak ipar saya pasti akan sangat senang dihadiahi hiasan cantik ini di hari Natal.
“Mbak suka? Bawa saja Mbak. Ton, bungkus yang rapi!” Tiba-tiba dari arah belakang partisi muncul wajah manis yang tersenyum menyambut hangat.
“Loh, mau dibeli tidak boleh, kok ini malah dikasih?” Masih terbingung-bingung mencoba menangkap apa yang terjadi.
“Mbak Dewi lupa ya? Aku dulu murid Mbak di DPI, Desain Produk Industri di Trisakti,” jelasnya sumringah (tradisi di kampus kami menyapa pengajar dengan mas dan mbak jika belum sepuh).
“Aku sekarang produksi hiasan dari kaleng bekas, diekspor lho Mbak.” Lanjutnya dengan mata berbinar.
Ternyata stan pameran ini milik murid saya di Universitas Trisakti dulu. Murid mengingat wajah guru, tapi guru sering lupa wajah murid. Ilmu desain yang didapatnya di masa kuliah membawanya menjadi eksportir pernak-pernik.
“Ini hadiah untuk mbak," disorongkannya bungkusan ornamen tersebut.