Mohon tunggu...
Prajna Dewi
Prajna Dewi Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang terus berjuang untuk menjadi pendidik

Humaniora, parenting, edukasi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Terpikat Berulang Kali di Singkawang

19 Juni 2022   05:30 Diperbarui: 19 Juni 2022   05:33 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kota Singkawang, kota cantik di provinsi Kalimantan Barat, berjarak 145 KM dari kota Pontianak. Hati sudah terpikat pada kota ini sejak kunjungan pertama.

Rasa penat duduk selama hampir empat jam di perjalanan, terbayar dengan pemandangan cantiknya bukit berhias pepohonan hijau menyejukkan mata saat kendaraan memasuki kota Singkawang. Kota yang mendapat sebutan San Khew Jong, yang artinya kota di kaki gunung, dekat muara sungai, dan laut. Sungguh indah memikat mata.

Setelah beristirahat sejenak, kami keluar mencari makan. Teman saya orang Singkawang menawarkan menu kincipan, kwetiau goreng telur. Ya, rumah makan ini hanya menjual kwetiau goreng telur. 

Kalau di Jakarta banyak resto menaruh tulisan “No Pork, No Lard”, yang artinya tanpa daging babi dan tanpa lemak hewani, di sini kita temui rumah makan “no baso, no daging”. 

"Hanya telur? Emang enak?" batin saya. Tapi namanya bertamu, ikut saja kemana tuan rumah mengajak.

Yang antri sudah banyak, ternyata yang minat untuk makan di sini tidak terbatas kaum "pemakan daun" alias vegetarian saja,  kaum "pemakan segala",  seperti teman saya dan keluarganya, juga sangat menyukai kwetiau ini. 

Aroma wanginya kwetiau goreng sangat menggoda. “Mau manis?”, tanya ashuk (paman) yang jual. Sudah GR (gede rasa), berpuluh tahun sudah tidak pernah ada yang bilang manis. Ternyata ashuk tanya apakah kwetiau pesanan saya mau dikasih daun cangkok manis, yang biasa saya kenal dengan nama  daun katuk.

“Oh, iya Shuk, kasih yang banyak ya, biar saya jadi manis”, pesan saya yang dijawab ashuk dengan tawa lebar. Walau bermandi peluh dan tangan yang tidak berhenti mengaduk wajan sejak tadi, wajah ashuk tetap enak dilihat,  dihiasi senyum kala melayani pelanggan. Keramahan ciri khas warga kota Singkawang.

Kwetiau datang, dimakan dengan sambal plus perasan jeruk sonkit/nam mong. Rasanya, jangan di tanya. Membuat saya menyesal tadi hanya pesan yang porsi kecil.

Saat temanku membayar makanan, dia  mengeluarkan satu lembar uang lima puluh ribu, untuk empat porsi yang kami pesan dengan minuman teh hangat. Terkagum-kagum aku, empat porsi plus ada yang minta ekstra telur ceplok pula, cukup dibayar dengan selembar uang lima puluh ribuan.  Ah, makin terpikat hati pada kota Singkawang.

www.capgomehsingkawang.id
www.capgomehsingkawang.id

Keesokan harinya, kami mencari sarapan pagi di pasar Turi, berbagai jenis makanan dan jajanan lengkap di pasar ini, mataku tertumbuk pada kue yang dibungkus kantong semar. Iya, benar-benar tanaman kantong semar, si pemakan serangga. Isinya ketan bersantan dikukus dengan kacang tolo di atasnya.

Penduduk di sana bisa mendapatkan kantong semar dengan mudah, yang tumbuh subur di hutan-hutan area perbukitan. Kantong semar cukup dicuci bersih, dibuang bulu-bulu halus yang ada di permukaannya, dan di gunting bagian atas/mulutnya, dan siap digunakan sebagai wadah kue.

“Berapa ci harganya?”, tanya saya ke penjualnya. “Kue kantong semar 3000 satu”, jawab yang jual dengan ramah. Wow, kagum, mengingat harga tanaman kantong di Jakarta bisa mencapai Rp. 50.000 – Rp. 100.000 perpohon.

Oh ya, satu hal yang saya catat di Singkawang, walau mereka bisa melihat jelas kita bukan warga setempat, harga yang diberikan tetap harga yang sama dengan harga untuk penduduk Singkawang.

Ahh,   Hati ini makin terpikat….

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun