Tindakan pengasuhnya memukul paving block, mungkin bukan dalam artian sungguh-sungguh menyalahkan paving block, namun sebagai cara pintas menghentikan tangis Aldi kecil.
Sedangkan mama yang kesal melihat makanan yang tumpah, membutuhkan pelampiasan kekesalan, sehingga langsung memarahi si pengasuhnya.Â
Keduanya menanamkan ke Aldi bahwa pihak lainlah sumber semua masalah yang terjadi.
Apa yang dilihat dan didengar, dicatat Aldi dalam memorinya, dan otomatis keluar menjadi reaksi spontan menyalahkan pihak lain jika ada kejadian yang tidak diinginkan.
2. Mencari Cara Pintas
Otak manusia tidak suka hal yang rumit-rumit, hal yang rumit menguras energi otak, sesuatu yang secara alami paling dihindari oleh manusia.
Cara paling mudah untuk lolos dari sebuah masalah akibat kesalahan, sekaligus melampiaskan emosi dan rasa kesal tentunya adalah menunjuk orang atau pihak lain sebagai penanggung-jawab.Â
Jadi si pembuat kesalahan tidak perlu repot menganalisis dan mencari penyebabnya. Namun kebiasaan ini jika diteruskan hingga besar, berakibat si pembuat kesalahan menutup kemungkinan dirinya melakukan analisis dan evaluasi terhadap suatu kesalahan dan berujung kepada terulangnya kesalahan-kesalahan berikutnya.
3. Bentuk Pertahanan Diri
Menimpakan kesalahan ke pihak lain, muncul sebagai upaya menyelamatkan diri. Supaya dirinya tidak terlibat kesulitan dan bebas dari masalah dan berbagai akibat buruk dari sebuah kesalahan.
Seorang anak yang selalu dihukum dengan keras saat melakukan kesalahan, akan berupaya menutupinya ataupun menyalahkan pihak lain supaya tidak mendapatkan hukuman.
Jadi di benak anak ini, kesalahan sama dengan hukuman, harus dihindari bagaimanapun caranya.