Mohon tunggu...
Prajna Dewi
Prajna Dewi Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang terus berjuang untuk menjadi pendidik

Humaniora, parenting, edukasi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Dua Keajaiban di Mei '98

13 Mei 2022   06:00 Diperbarui: 13 Mei 2022   21:16 2188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hatiku mulai cemas, apakah ini yang dimaksud Ari? 

Giliran mobil kami yang dihampiri. "Minta duit!!!! Duit, mana duitt!!!" Teriak orang orang itu. Suamiku mengambil uang yang disediakan untuk parkir. Dan mobil kami dibiarkan maju. Ternyata di depan, ada lagi gerombolan yang lain meminta uang dengan kasar.

Semakin lama, semakin kasar, dari berteriak minta uang, gerombolan berikut malah berteriak meminta dompet. Sementara uang di dompet kami pun sudah habis semua.

"Habis", jawab kami. Mereka tidak percaya, "Bohong ya!!!" Mau dibakar Ya!!! Buka!!! Buka!!!" teriak mereka.

Keadaan benar-benar mencekam, kurasa kan jelas badanku bergetar ketakutan, baru kali ini aku berhadapan dengan orang-orang yang begitu kasar. 

Kaca mobil kami diketuk dengan batu, sangat keras. "Buka!!!! Buka!!!!" Mobil kami terkepung, dikelilingi empat orang berwajah beringas yang berteriak-teriak menyuruh kami membuka pintu mobil. 

Tiba-tiba, salah seorang dari gerombolan itu, menepuk kepala temannya yang memegang batu. "Hushh, jangan kasar kau!!!" teriaknya. Tepukannya menghentikan aksi yang memegang batu. 

Lalu pria itu memegangi mobil kami dan berkata "Ayo, jalan pelan-pelan bu, Saya jaga."

Badannya bukanlah yang paling kekar, tapi anehnya perintah dia dipatuhi yang lain. Seperti terhipnotis, orang-orang yang beringas itu membiarkan mobil kami lewat pelan-pelan. Berjalan dengan merayap di tengah keramaian. Detik-detik berlalu sangat menegangkan. 

Pria itu sambil memegangi mobil, berjalan mengawal kami hingga sampai di depan gerbang perumahan. Setelah dia yakin kami selamat,dan melihat banyak security di depan gerbang, barulah dia melepas pegangannya dari mobil dan meninggalkan kami. 

Tanpa kami mampu mengucapkan terima kasih. Aku membeku, benar-benar beku, rasanya menarik nafas pun tidak. 

Kami masuk ke dalam kompleks dan saat turun dari mobil, tetangga-tetangga sudah berkumpul semua di depan rumah. Saling menanyakan keadaan. Mereka semua takjub melihat kami tiba selamat, dompet masih ada, cincin pernikahan masih ada. Mobil masih utuh. Tetangga yang lain ada yang tiba dengan keadaan kaca pecah dan tubuh babak belur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun