Apakah emak-emak di sini pernah kesal saat jalan bareng pasangan di mal dan do’i ngelirik gadis manis sampai matanya minggir ke sudut bak kelereng menggelinding? Genitnya ya, ga bisa lihat barang bagus !
Waittt!!! Tunggu dulu, sesungguhnya bukan hanya kaum berkumis yang pinter melirik yang bagus-bagus.
Kita juga, saat melihat gaun manis yang new arrival, saat lihat broce (brondong kece) lewat, apalagi saat melihat ada yang bling-bling di etalase langsung indra penglihatan aktif menyensor.
Bedanya kita bisa mendeteksi obyek obyek tersebut tanpa perlu biji mata geser ke pinggir. Karena konon menurut Allan dan Barbara dalam bukunya yang berjudul “Why Men Don’t Listen and Women Can’t Read Map”, mata kita memiliki sudut pandang yang lebih besar dibandingkan sudut pandang kaum berkumis.
Konon lagi, hal ini dikarenakan peran kita yang berbeda. Emak-emak zaman nenek moyang kita dulu, yang masih hidup di goa, mempunyai tugas menunggui goa, menjaga anak, menjaga api goa, memasak di atas kayu bakar, dan memastikan tidak ada hewan buas yang mampir ke goa.
Dengan kata lain, matanya dipaksa untuk terbiasa memantau berbagai hal di waktu yang sama, sehingga tidak heran sudut pandangnya menjadi luas.
Sedangkan kaum berkumis, tugasnya berburu, mata harus fokus melihat satu titik, yaitu hewan buruannya, sehingga konon sudut pandangnya jadi lebih sempit.
Di zaman sekarang urusan para emak tidak lagi seputar urusan menjaga api goa dan keamanan anak dari hewan buas. Emak-emak sudah jauh geraknya meski urusan periuk dan api (baca: kompor gas) masih dilakoni.
Urusan menjaga keamanan anak, menjadi urusan yang makin hari makin terasa tantangannya.
Yup, jika dulu menjaga keamanan anak hanya sebatas memastikan anak aman dari hewan buas, di masa sekarang, di era digital, bahaya tidak kalah mengerikannya.
Bahkan bisa dikatakan jauh lebih mengerikan, karena bahayanya tidak lagi kasat mata seperti halnya hewan-hewan buas yang dulu dengan mudah terlihat dan terdengar.
Mungkin ada yang berpikir: Masa sih? Lebay ah!! Ups, sebelum protes, mari kita lanjut dulu.
Masa sekarang dikenal juga dengan era digital, yang artinya masa dimana hampir seluruh bidang dalam tatanan kehidupan sudah dibantu dengan teknologi digital.
Barang canggih seperti gadget digunakan banyak orang, dari berbagai usia, bahkan balita. Pemandangan anak memainkan gadget walau masih duduk di kereta dorong bukan lagi menjadi pemandangan yang aneh karena emak-emak tahu bahwa gadget ampuh membuat balitanya menjadi tenang.
Hasilnya, anak-anak tersebut menjadi generasi yang sangat canggih. Jangan ditanya bagaimana terampilnya generasi era digital ini menggunakan gadgetnya.
Di saat kita masih mencari-cari tombol yang tepat untuk menjalankan sebuah instruksi, mereka sudah berganti-ganti tampilan layar. Mereka dikatakan mempunyai digital skills.
Artinya bagus dong. Mereka canggih, tidak gaptek (gagap teknologi). Itu kan sangat dibutuhkan di zaman sekarang.
Betul sekali, terampil menggunakan gadget mutlak dibutuhkan sekarang. Namun yang perlu dicatat, digital skills perlu dilengkapi dengan digital safety. Mampu melindungi diri, data diri saat berinteraksi di dunia maya menggunakan gadget.
Ooo….khawatir penipuan di dunia maya? Yang membuat akun bank jebol? Tapi anakku kan masih belum 17 tahun. Tidak punya rekening bank, tidak punya aset yang mesti dijaga dari penipuan.
Benar mereka tidak punya uang atau aset yang bisa dirampas para penipu. Namun mereka punya masa depan yang bisa dihancurkan oleh predator di dunia maya dalam sekejap.
Banyak kejadian yang memberitakan kejahatan predator di dunia maya, salah satunya kisah di bawah ini.
Tersebutlah seorang gadis remaja bernama Amanda Todd. Lahir di Kanada pada tahun 1996.Ia gadis yang manis riang, kehidupannya baik-baik saja sebagaimana umumnya gadis remaja. Hingga suatu hari dia berkenalan dengan seorang pria di dunia maya. Pria ini menghujaninya dengan segudang pujian dan rayuan.
Gadis mana yang tidak suka dipuji? Tentunya semua suka, begitu pula dengan Amanda. Sebegitu terlenanya dia hingga mau menuruti apapun yang diminta oleh pria ini. Termasuk flashing.
Ya, pria ini meminta Amanda Todd membuka bajunya dengan cara menyingkapkannya ke atas hingga terlihat bagian dada.
Awalnya Amanda menolak, namun dengan segala cara dan rayuan, pria ini berhasil membuat Amanda mau melakukannya. Terlebih dengan meyakinkannya pria ini berkata hanya sebentar saja, dan untuk lebih meyakinkan Amanda, dia berjanji bahwa hanya dia yang melihat.
Janji tinggal janji, ternyata pria tersebut bajingan yang sangat licik, dia dengan cepat merekam saat Amanda menunjukkan bagian dadanya yang terbuka. Dan mimpi buruk pun dimulai. Pria ini memintanya untuk mau mau melakukan lebih.
Amanda menolak. Pria ini mengancam akan menyebarkan fotonya dengan dada terbuka. Amanda tetap menolak. Dan pria ini benar-benar menjalankan ancamannya.
Foto Amanda dengan bagian dada yang terbuka tersebar ke teman-teman Amanda, akibatnya cibiran dan gunjingan membuat Amanda terpuruk.
Karena malu, dan untuk menghindari gunjingan, Amanda dipindahkan ke sekolah lain oleh orangtuanya, mereka bahkan sampai pindah ke kota lain.
Namun pria ini tetap berhasil menemui dan menerornya. Hingga suatu hari, gadis malang ini tidak mampu lagi menahan rasa malunya dan ia memutuskan untuk melakukan bunuh diri.
Kejadian ini membawa duka dan penyesalan yang dalam pada keluarganya. Tapi nasi sudah menjadi bubur. Seorang gadis malang telah menjadi korban ketidakpahamannya tentang cara melindungi diri saat berselancar di dunia maya.
Apa saja yang mesti kita sampaikan ke anak-anak kita terkait proteksi saat berselancar di dunia maya untuk menghindari kejadian yang buruk?
Mengutip dari Seri-Buku-Literasi-Digital-Kerangka-Literasi-Digital-Indonesia, ada beberpa poin yang saya kutip yang harus kita ajarkan kepada anak-anak tentang keamanan saat berselancar di dunia maya.
1. Perlindungan Data Pribadi
Perlu kita sampaikan kepada anak-anak kita bahwa informasi terkait diri kita, seperti tanggal lahir, nama orangtua, alamat, nomor rekening, maupun riwayat kesehatan adalah hal-hal yang tidak boleh diberikan kepada orang yang tidak berkepentingan. Apalagi orang yang hanya kita kenal dari dunia maya. Karena orang yang berniat buruk bisa memanfaatkan informasi di atas menjadi kumpulan data untuk menjalankan aksinya.
2. Keamanan Daring
Di saat anak-anak kita masuk ke dunia maya, artinya mereka masuk ke dunia yang bahayanya tidak kasat mata.
Mereka harus menjaga keamanan saat berselancar di dunia maya dengan cara memastikan akun mereka memiliki password yang tidak mudah ditebak. Tidak sembarang mengunduh aplikasi terutama bajakan. Juga tidak sembarang mengklik tombol setuju tanpa paham konsekuensinya.
3. Privasi Individu
Anak anak perlu dibekali cara mengontrol, mengedit, mengatur, dan menghapus informasi tentang dirinya. Lebih jauh lagi, mereka perlu memahami bahwa informasi itu hanya boleh diberikan kepada orang yang tepat/berkepentingan. Termasuk paham bahwa dia berhak menolak permintaan untuk mengekspose foto diri maupun keluarganya.
Nah emak-emak semua, tidak banyak poin yang perlu kita sampaikan kepada anak-anak terkait perlindungan diri saat berselancar di dunia maya. Hanya tiga poin, namun jika mereka paham dengan jelas dan memegang panduan ini dengan baik, kita boleh berlega hati.
Yuk segera kita sampaikan kepada mereka panduan ini, termasuk kisah Amanda Todd. Semoga Amanda berbahagia di sana, semoga tidak ada lagi Amanda Todd berikutnya.
Sumber:
- https://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/wp-content/uploads/2019/04/4.-Seri-Buku-Literasi-Digital-Kerangka-Literasi-Digital-Indonesia.pdf
- https://www.bbc.com/news/world-us-canada-39295474 Amanda Todd case: Accused Dutch man jailed for cyberbullying “Why Men Don’t Listen and Women Can’t Read Map”, Allan and Barbara Pease
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H