Pak Pilul bingung, tahun ini lebaran pertama yang akan dia rayakan sejak posisinya naik bertingkat-tingkat menjadi orang penting.
Bingung bukan karena memikirkan ganjil genap yang kabarnya akan diberlakukan untuk kendaraan yang mau mudik, karena pak Pilul sudah jauh-jauh hari pesan tiket pesawat untuk mudik.
Kebingungannya adalah karena mendadak bel rumahnya ditekan pengantar hampers lebaran  sehari tiga kali, sudah menyamai durasi orang yang minum antibiotik. Ya, Hampers, keranjang cantik berisi segala benda. Tiap menerima hampers mata istri pak Pilul berbinar-binar, sementara pak Pilul mulai nanar.
"Jangan buka dulu bu" Katanya.
Pak Pilul berpikir...
Tiba-tiba dia teringat sumpah jabatannya, bahwa dia tidak akan memanfaatkan jabatannya untuk kepentingan pribadi, akan menjaga integritas, menjaga nama baik institusi, dan masih banyak  menjaga-menjaga yang lainnya.
Nama pengirim hamper tertera jelas, kalau dia terima, apakah ini tidak akan mengganggu integritasnya nanti terhadap pengirim?Â
Apa niat pengirim mengantar keranjang berisi piranti kristal gemerlap yang tentunya jauh dari murah. Apa pula niat  pengirim hampers berisi tas dengan merek yang biasa dipamerkan para artis.Â
Ada juga yang mengirim hanya kue dan makanan ringan. Eh, tapi bukan "hanya", karena kue dan makanan ringan ini dari outlet yang dia tahu harganya selangit.
"Pak, bukaaa !!!" Suara bu Pilul sudah mulai naik 2 oktaf.
"Sebentar" Kata Pak Pilul
Lanjut berpikir...
Tapikan tidak boleh suudzon. Bisa saja yang mengirim tulus, dengan niat hanya sebatas ucapan selamat lebaran. Â Tapi kenalnya sudah lama, kenapa baru sejak jabatannya naik ke posisi penting tetiba jadi banyak yang perhatian?
Harus diapakan ini hampers yang sudah memenuhi separuh ruang tamu? Dikirim balik? Tidak tahu pula alamat yang mengirim. Tahu pun repot membawa sebegitu banyak barang ke ekpedisi, Â berapa ongkirnya.
Terus kalau dikirim balik, bagaimana kalau pengirim tersinggung?
"Pak !!!! Dari kemarin kok sebentar-sebentar terusss, kapan bukanyaaa ???" Mata bu Pilul dah mendelik.
"Bentar Bu.., bentar saja.."
Lanjut berpikir...
Akan menjadi halal atau haram ini semua kalau diterima? Atau dibagikan saja ke yang butuh?  Anak-anak yang tinggal di panti asuhan ujung jalan sana pasti akan senang dan bersyukur mendapatkan kue lezat untuk berbuka puasa. Atau nanti saja dipikirkan, sepulang lebaran, baru diputuskan mau diapakan ini  hampers. Eh, tapi kue dan makanan ini jangan-jangan sudah rusak kalau menunggu dia balik dari kampung.Â
Harus diapakan jadinya semua hampers ini.
"Paakkkkkk !!!!!!!!!"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H