Percayalah, kesibukan yang kita cari mampu menjadi penjeda antara aksi yang dilakukan orang lain (yang menolak permintaan maaf) dengan reaksi dari diri kita.
Jeda menurunkan intensitas. Ibarat orang menarik rem, efek kejutnya akan berkurang dengan memasukkan waktu kedalam prosesnya.
Ketiga, Lanjutkan usaha kita
Orang menolak permintaan maaf, menunjukkan bahwa luka di hati yang bersangkutan belum sembuh. Berikan waktu lebih panjang lagi, diiringi sikap kita yang menunjukkan kesungguhan kita untuk berubah dan memperbaiki kesalahan.
Kembalikan kepercayaan mereka lewat kata dan perbuatan kita.
Aduhh, panjang sekali sih prosesnya. Sabar, coba simak sebentar kisah di bawah ini.
Alkisah, di sebuah hutan lebat di belakang pelangi, ada seorang anak lelaki berwajah tampan duduk gusar di atas kuda tunggangan yang kekar.
Di tangannya tergenggam busur kokoh, dipunggungnya setabung anak panah berdenting tidak sabar.
Kegusaran dan amarah yang membuncah jelas terpancar dari gerak-geriknya.
Ia sudah bersiap menghentak kuda dan menderapkannya, Ketika seorang lelaki dengan penuh wibawa menghentikannya.
Kepala suku :” Mau kemana kau dengan busur itu putraku?”