Karakter makin hari makin menjadi sorotan, bahkan dalam dunia pendidikan juga semakin ditekankan pentingnya pendidikan karakter. Apa sebenarnya karakter? Menurut  KBBI: karakter adalah  'sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain; tabiat; watak'.
Dikatakan bahwa karakter inilah yang menjadi ciri seseorang, yang membedakan antara orang satu dengan yang lainnya.Â
Thomas Lickona, psikolog perkembangan dan ahli pendidikan, seorang professor  dari State University of New York dalam bukunya yang berjudul  Educating for Character; How Our School Can Teach Respect and Responsibility membagi pendidikan karakter dalam tiga tahapan, yaitu:
- Moral Knowing: Pada tahap ini diperlukan penjelasan sehingga anak tahu batasannya. Paham mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak. Ini disebut juga sebagai tahapan  menanamkan nilai kebaikan hingga anak "Knowing the good"
- Moral Feeling: Perasaannya terhadap apa yang dia ketahui, atau dengan kata lain disebut nurani. Tahap ini juga merupakan cikal bakal dari munculnya empati. Tahapan kedua disebut "Desiring the good"
- Moral Action: Merupakan tahap paripurnanya, dimana pada akhirnya anak dengan motivasi internalnya/kemauannya sendiri pada akhirnya melakukan hal baik, anak memasuki tahapan  "Doing the good".  Melakukan hal baik  walau tidak ada yang melihat dan tidak melakukan hal yang dilarang walau  tidak ada orang disekitarnya.Â
Untuk lebih jelasnya, kita lihat contoh nyatanya,Â
Contoh  A, Ingin menanamkan kepedulian dan tanggung jawab anak pada alam, dengan mengurangi sedotan plastik, maka tahapannya adalah sbb:Â
1. Tahap Moral Knowing: Anak dijelaskan bahwa penggunaan sedotan tidak baik karena limbah plastiknya mencemari lingkungan dan membahayakan banyak makhluk hidup.
Diinfokan ke anak bahwa Divers Clean Action, kelompok pemerhati lingkungan khususnya laut, menyebut pemakaian sedotan di Indonesia mencapai 93.244.847 batang setiap harinya. Bisa kita bayangkan berapa banyak sampah sedotan plastik dalam seminggu bahkan setahun.Kemudian masih dalam tahap moral knowing, anak diberikan pemahaman bahwa lebih baik kita langsung menggunakan mulut saat minum daripada menggunakan sedotan plastik  sekali pakai.
2. Moral Feeling: Pada tahap ini kita ingin anak mampu merasakan apa yang tadi kita jelaskan, misal dengan cara menunjukkan foto atau video penyu  yang hidungnya tertusuk limbah sedotan plastik.Â
Mungkin sebagian anak merasa ngeri dengan foto atau video yang mereka lihat, namun ini adalah cara terbaik sehingga apa yang dia lihat masuk kedalam memori dan menetap menjadi memori jangka panjang. Muncul empatinya melihat bagaimana penyu itu terluka, hingga hidungnya mengeluarkan darah akibat tertusuk limbah sedotan plastik.
3. Moral Action: Setelah anak merasakan empati atas apa yang dialami makhluk hidup seperti penyu di atas, maka akan muncullah perilaku anak yang sadar akan bahaya limbah plastik sedotan, ia akan menghindari menggunakan sedotan plastik karena tahu bahwa itu akan berbahaya dan dapat melukai makhluk hidup lainnya.
Contoh B: Ingin mengajak anak berhati-hati dalam membuang sampah yang berbahaya.
1. Tahap Moral Knowing: Anak dijelaskan bahwa sampah tertentu seperti botol kaca, patahan pisau, isi cutter, harus dibuang dengan cara berhati hati, misal dengan cara  dibungkus dengan kertas bekas, karena dapat melukai tangan petugas kebersihan saat mereka mengangkat sampah ataupun pemulung yang kebanyakan hanya menggunakan sandal jepit tipis, atau bahkan tanpa alas kaki.
2. Moral Feeling: Pada tahap ini kita ingin anak mampu merasakan apa yang tadi kita jelaskan, dapat dilakukan dengan menunjukkan gambar kondisi tangan atau kaki yang terluka oleh sayatan benda tajam.
 Lebih jauh lagi sekolah dapat mengundang petugas kebersihan ataupun pemulung dan mengajak mereka berdialog dengan anak-anak di sekolah. Sehingga mereka dapat mendengar sendiri apa suka duka petugas kebersihan dan kecelakaan kerja yang mereka alami.Â
Bagaimana mereka tetap harus bekerja walau tangan terluka, bahkan terkadang dapat timbul infeksi pada lukanya karena mereka terpapar kuman/bakteri dari sampah-sampah yang harus mereka angkat.
3. Moral Action: Setelah anak merasakan empati atas apa yang dialami para petugas kebersihan terkait benda tajam yang dibuang secara sembarangan, diharapkan mereka akan membuang benda tajam dengan cara berhati-hati, misal dibungkus kertas bekas guna menghindari orang lain celaka karenanya. Dengan ataupun tanpa ada yang melihat, mereka akan memperlakukan benda yang berbahaya secara berhati-hati.
Contoh C: Ingin mengajarkan anak untuk jujur, Â tidak mengambil yang bukan menjadi milik/haknya.
1. Tahap Moral Knowing: Anak dijelaskan bahwa mengambil hak orang lain sekecil apapun adalah buruk. Ketidak jujuran dapat membawa akibat yang buruk baik bagi pelaku maupun bagi korbannya. Pelaku cepat atau lambat harus mempertanggung-jawabkan perbuatannya, sedangkan orang atau masyarakat yang menjadi korban, bisa kehilangan kesempatan untuk hidup lebih baik karena perbuatan orang yang tidak jujur bahkan bisa kehilangan nyawa.
2. Moral Feeling: Pada tahap ini kita ajak anak melihat berita nyata yang ada di media, seperti berita anak-anak sekolah yang harus bertaruh nyawa menyeberangi sungai karena  jembatan rusak, sementara dana perbaikan jembatan entah ada di mana sehingga jembatan yang sudah rusak bertahun-tahun tidak kunjung dibenahi.Â
Pada tahap ini anak-anak perlu dimunculkan kesadarannya bahwa ternyata ketidak-jujuran bahkan dapat menyebabkan seseorang kehilangan nyawa.
3. Moral Action: Setelah anak sadar bahwa ketidak jujuran ternyata dapat membahayakan orang lain, diharapkan untuk mereka menjaga kejujuran, memberikan apa yang menjadi hak orang lain. Dimulai dari hal sederhana, seperti mengembalikan uang kembalian saat kita membeli barang dan penjualnya salah hitung uang kembalian.
Lebih jauh lagi, Lickona dalam bukunya menekankan pentingnya sikap "Respect and Responsibility" sebagai landasan karakter.Â
Respect/Hormat:
Sejak dini anak perlu punya yang namanya rasa hormat. Hormat kepada semua yang patut untuk dihormati (Guru, orang tua, dll) Termasuk juga hormat kepada alam dan makhluk hidup lainnya, menghargai keberadaannya sebagai sesama penghuni bumi sehingga memperlakukan dengan baik dan sepatutnya.Â
Jika kita menaruh hormat kepada orang lain, maka kita tidak akan berani untuk mengambil haknya, tidak ada korupsi, tidak ada tindak kriminalitas. Â Jika hormat terhadap alam dan segenap isinya, maka kita tidak akan merusak alam. Tidak ada eksploitasi terhadap alam dan isinya.
Responsibility/tanggung jawab:Â
Tanggung jawab dalam melakukan segala hal, mempunyai makna yang sangat dalam. Orang yang bertanggung jawab akan sangat berhati-hati dalam tindak tanduknya, baik pikiran, perkataan terlebih lagi perbuatan. Karena dia tahu bahwa semua akan memberi dampak pada orang/pihak lain dan juga dampak bagi dirinya sendiri. Sehingga orang yang bertanggung jawab akan terus berusaha berpikir baik, berucap baik dan bertindak baik.
Inilah tahapan pendidikan karakter yang diajarkan oleh Thomas Lickona, Â selamat mengajarkan karakter pada anak, semoga mereka tumbuh menjadi orang berkarakter positif.
Sumber:Â
2. Thomas Lickona; Educating for Character; How Our School Can Teach Respect and Responsibility  ISBN 978-0-553-07570-0
3. https://www.merdeka.com/dunia/kisah-pelajar-sd-meniti-jembatan-darurat-ke-sekolah.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H