"Pokoknya, tidak boleh ada peliharaan di rumah. Tidak boleh pelihara burung, tidak boleh pelihara ikan, apalagi anjing atau kucing. Semakin besar semakin bikin repot. Rumah nanti jadi kotor. Urus kamu aja mama sudah kewalahan !!!" Apakah anda termasuk kategori ini? Menolak permintaan anak untuk punya hewan peliharaan?
Atau setelah membaca manfaat positif hewan peliharaan pada anak, anda mulai tergoda ingin mencoba, tapi ternyata emak di rumah menentang habis karena takut cucunya tertular penyakit, termakan bulu, terinfeksi kutu dan 1001 alasan lainnya?
Emak ku termasuk kategori di atas. Menentang semua jenis hewan peliharaan, terutama kucing. Karena konon cucu temannya sampe harus operasi ke Singapura gegara bulu kucing nyangkut di tenggorokan.
Lalu suatu hari, sepulang dari mengajar, di depan gerbang sekolah aku melihat seekor makhluk kecil, berjalan dengan tubuh gemetar di tengah jalan. “Pak, pinggirin ni anak kucing, nanti ketabrak mobil”. Bapak security jawab “Itu dari tadi dah dipinggirin berkali-kali bu, tapi dia ketengah jalan lagi.
Entah ada hubungan karma apa, aku langsung menggendong si kucing kecil itu dan membawanya ke rumah. Anak kucing ini jauh dari cantik, matanya nyaris tertutup dipenuhi kotoran mata. Ujung hidungnya basah berlendir, bulunya pitak dan gimbal di beberapa bagian.
Si bungsu menyambut Bahagia, ikut bersemangat membantuku menyiapkan tempat tidur dari dus bekas “Kita namai adek Sansan aja ya Ma, soalnya dia ingusan”. Sejak hari itu Sansan jadi adik kesayangannya. Dengan sukarela si bungsu bantu meneteskan obat mata dan obat telinga 3x sehari karena ternyata Sansan komplit penyakitnya, mulai sakit mata, telinga, flu, sampai pencernaan.
Lalu, keajaiban terjadi. Seakan tahu bahwa dia harus mengambil hati emak sang penguasa tertinggi di rumah, Sansan selalu mengeong lembut ke emak, menatap emak lama-lama, sampai emak tergerak mendekatinya.
Entah bagaimana mulanya, suatu pagi aku melihat emak menggerak-gerakkan tangannya kearah Sansan yang langsung disambut Sansan dengan lompatan penuh semangat. Sejak hari itu, diam-diam emak selalu mendekati Sansan, mengajaknya bermain.
Sudah 2 tahun berlalu, Sansan tumbuh menjadi kucing cantik kesayangan emak. Tidak ada lagi pertanyaan “Kapan itu kucing mau dikeluarin?” Tapi berganti dengan pertanyaan “Sansan sudah dikasih makan?”
Cerita berakhir happy ending, tanpa pertentangan emak menerima kehadiran Sansan di rumah. Ternyata memberi emak waktu mengenal Sansan menjadi cara tebaik melunakkan kekerasan hatinya terkait hewan peliharaan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI