Mohon tunggu...
Prajna Delfina Dwayne
Prajna Delfina Dwayne Mohon Tunggu... Penulis - Lulus dari Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan tahun 2022. Saat ini bekerja sebagai Legal Manager and Government Relationship di Rekosistem, perusahaan pengelolaan sampah berbasis teknologi.

Tujuan publikasi di Kompasiana untuk menggali potensi sebagai penulis, melatih metode penelitian, dan memperdalam kemampuan analisis. "Learn, unlearn, relearn"

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Siasat Grup Kompas Gramedia dalam Mengembangkan Bisnis berbasis Literasi di Indonesia

11 Juni 2024   22:53 Diperbarui: 12 Juni 2024   07:25 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini merupakan hasil refleksi dari pandangan pribadi penulis dan tidak merepresentasikan siapapun. Apabila terdapat kekeliruan dalam penulisan, silakan untuk menghubungi penulis agar dapat diperbaiki. 

Beberapa kali saya mendengar kritik dari beberapa tokoh masyarakat dan termasuk penggiat literasi yang menyayangkan toko buku nasional yang jumlahnya semakin sedikit dan sulit ditemui. Kalaupun ada, sekarang sudah tidak lagi murni hanya menjual buku tapi juga merambah ke peralatan sekolah, alat tulis kantor, alat musik, hingga alat olahraga. Seolah sangat menunjukkan adanya penurunan dalam minat membaca yang tentunya berimplikasi langsung pada turunnya publikasi tulisan. 

Buku-buku yang dipajang tetap ada yang diperbarui, namun lebih sering terlihat dan mengetahui bahwa banyak pula buku yang dicetak ulang hingga puluhan kali hanya berganti cover (tampilan depan buku) dan sebagian lainnya merupakan buku terjemahan. 

Apabila dibandingkan dengan toko buku sebelah, setiap minggu lewat di depannya pasti sudah berubah layout buku yang dipajang dan kalau masuk ke dalam terlihat beberapa buku baru dan best seller yang belum pernah dilihat pada minggu sebelumnya. Meskipun dari luas toko, jauh lebih kecil dan minimalis. 

Kalau saya perhatikan, Gramedia (Gramedia Asri Media) hanya 1 (satu) dari banyak perusahaan lain (anak perusahaan) yang tergabung dalam Grup Kompas Gramedia. Bisnisnya menggurita, tidak hanya tentang percetakan koran dan buku, tetapi juga menyentuh ke bisnis berbasis media digital, perhotelan (Santika), hingga Event Organiser (Dyandra) yang baru-baru ini sukses menjadi promotor NCT. 

Upaya Kompas Gramedia dalam mendorong lahirnya penulis baru pun beragam. Ada Kompasiana sebagai wadah penuli pemula (hingga senior) untuk mulai mempublikasikan cerita, ide, dan pengalaman sehari-harinya. Ada pula pelatihan menulis yang diiklankan di Harian Kompas. 

Akhir-akhir ini baru saya temui dari Instagram Mas Beginu, ada yang namanya akun @kognisikg, yaitu sebuah platform belajar dari Kompas Gramedia. Belum banyak yang bisa saya oprek. Tapi secara sekilas, akun ini tersambung dengan beberapa media sosial populer lainnya seperti Youtub edan Tiktok. Dan dari salah satu link pada bio Instagramnya, mengintegrasikan saya ke website e-learning (Kognisi). 

Beberapa program yang sudah membuat saya tertarik, seperti: 

1) Membuat Story Telling sesuai Kaidah Jurnalistik untuk Konten Kreator oleh Wisnu Nugroho (Beginu); 

2) Memulai Karier sebagai Social Media Specialist oleh Cecilia Gandes; 

3) Growth Conversation: Teknik Percakapan untuk Memfasilitasi Pertumbuhan Optimal. 

Harga yang ditawarkan untuk masing-masing kelas sangat beragam. Meskipun saya belum mendaftarkan diri, saya meyakini kelas-kelas ini dapat berfungsi sebagai wadah untuk kegiatan merdeka belajar yang sesungguhnya. Ada transfer of knowledge (penyaluran informasi dan pengetahuan, proses ajar mengajar) dari orang-orang yang sudah berpengalaman kepada siapapun yang mau belajar. 

Contohnya, saya sudah cukup lama mengikuti Instagram dan Podcast Mas Beginu. Saya tertarik untuk belajar lebih lanjut langsung dari tokoh yang sudah saya ketahui sejak lama kontennya. 

Maka dari itu, saya sangat mengapresiasi kreativitas pengembangan produk dari Kompas Gramedia. Bukan hanya berkutat pada penjualan buku atau peningkatan minat baca dan tulis secara konvensional. Akan tetapi juga mengadakan program yang mewadahi calon penulis untuk dapat terus mengembangkan bakat dan passion-nya dalam berliterasi. 

Setiap perusahaan pasti berorientasikan keuntungan. Kompas Gramedia merupakan bukti bahwa untuk melanjutkan warisan pemegang penghargaan di kategori jurnalistik, akan tetapi juga memiliki jiwa entrepreneurship yang kuat sehingga dapat tetap menyajikan karya yang independen, tetapi juga menyejahterakan pekerjanya. 

Ngomong-ngomong, kalau ada yang sudah pernah mengakses atau belajar dari Kognisi, boleh membagikan pengalaman kalian di sini ya :) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun