Mohon tunggu...
Pradnya Paramitha
Pradnya Paramitha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Jember yang sedang tertarik dengan dunia kepenulisan. Selain itu saya juga tertarik dalam musik, kuliner, dan kecantikan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kesengsaraan Buruh H&M Bukti Nyata Kekejaman Kapitalisme

7 Maret 2024   13:51 Diperbarui: 7 Maret 2024   13:55 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita manusia-manusia yang hidup di abad ke-21 ini tentunya sudah tidak asing dengan Kapitalisme. Pertumbuhan ekonomi yang merajalela seolah menjadi wadah bagi kapitalisme juga bertumbuh pesat. Dalam teori Marxisme, kapitalisme dianggap sebagai sebuah pandangan yang menyengsarakan banyak orang. Hingga saat ini, kapitalisme memiliki imej yang kurang baik di mata Masyarakat.

Lalu apa sih sebenarnya Kapitalisme ini? Mengapa banyak orang yang menganggap bahwa Kapitalisme merupakan sistem yang jahat? Kapitalisme adalah sistem ekonomi di mana setiap individu memiliki kontrol penuh atas kegiatan ekonomi seperti perdagangan, industri, dan alat produksi dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan. Kapitalisme berasal dari konsep ekonomi di Inggris pada abad ke-18 dan kemudian menyebar ke Eropa Barat dan Amerika Utara.

Dalam sistem kapitalisme, aset-aset kapital seperti pabrik, tambang, dan jalur distribusi dapat dimiliki dan dikendalikan secara pribadi, tenaga kerja dibayar dalam bentuk uang, keuntungan kapital diperoleh oleh pemilik pribadi, dan harga-harga ditentukan oleh penawaran dan permintaan. Sistem kapitalisme merupakan kebalikan dari sistem sosialisme, di mana negara mengendalikan banyak alat produksi. Sistem kapitalisme adalah kebalikan dari sistem sosialisme, di mana negara mengontrol alat produksi, menetapkan harga barang atau jasa, dan menentukan upah pekerja.

Tidak adanya campur tangan negara adalah ciri yang paling menonjol dari penerapan kapitalisme. Semuanya ditentukan oleh pasar. Inilah yang disebut oleh Adam Smith sebagai teori Invisible Hand. Sementara itu, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan kapitalisme sebagai sistem atau paham ekonomi yang bertumpu pada modal swasta atau modal perusahaan swasta, dengan persaingan di pasar bebas.

Marxisme menganggap kapitalisme sebagai sistem ekonomi yang mengeksploitasi tenaga kerja dan mendistribusikan kekayaan dan kekuasaan secara tidak merata. Karl Marx, pendiri Marxisme, mengkritik kapitalisme sebagai sistem yang tidak stabil dan rentan terhadap krisis karena adanya kontradiksi internal.

Marx berpendapat bahwa kapitalisme dibangun di atas eksploitasi kelas pekerja (proletariat) oleh kelas pemilik modal (borjuasi). Para pekerja dipaksa untuk menjual tenaga kerja mereka kepada para kapitalis dengan imbalan upah, namun nilai tenaga kerja mereka jauh lebih besar daripada upah yang diterima. Kapitalis mendapatkan keuntungan dari nilai lebih yang dihasilkan oleh tenaga kerja buruh.

Perjuangan Kelas: Kaum Marxis percaya bahwa kapitalisme melanggengkan konflik kelas antara kaum borjuis dan proletar. Kaum borjuis berusaha memaksimalkan keuntungan dan mempertahankan posisi istimewa mereka, sedangkan kaum proletar mencari kondisi kerja yang lebih baik, upah yang lebih tinggi, dan pada akhirnya, penggulingan kapitalisme.

Keterasingan: Marx membahas bagaimana kapitalisme mengasingkan pekerja dari hasil kerja mereka, proses produksi, pekerja lain, dan pada akhirnya, diri mereka sendiri. Pekerja direduksi menjadi sekadar pelengkap mesin produksi, membuat mereka merasa tidak berdaya dan terputus dari pekerjaan mereka.

Kecenderungan Krisis: Menurut Marx, kapitalisme secara inheren menyebabkan krisis ekonomi karena kelebihan produksi, kekurangan konsumsi, dan kontradiksi dalam moda produksi kapitalis. Krisis-krisis ini menyebabkan kemerosotan ekonomi, pengangguran, dan ketidakstabilan sosial.

Imperialisme: Marxisme mengkaji kecenderungan ekspansif kapitalisme, yang mengarah pada imperialisme dan kolonialisme ketika kekuatan kapitalis mencari pasar baru, sumber daya, dan tenaga kerja murah untuk mendorong pertumbuhan mereka.

Secara keseluruhan, Marxisme melihat kapitalisme sebagai sebuah sistem yang penuh dengan kontradiksi internal dan ketidakadilan yang pada akhirnya akan berujung pada keruntuhannya, untuk digantikan oleh masyarakat sosialis atau komunis di mana alat produksi dimiliki secara kolektif dan kekayaan didistribusikan secara lebih merata.

Selaras dengan teori Marxisme dimana orang-orang kapitalis dianggap menjadi penyebab kesenjangan kelas. Hal ini pun terjadi di masa modern. Kapitalisme berubah menjadi imperialisme seperti teori yang dikatakan oleh Lenin. Dimana saat ini banyak perusahaan multinasional yang membuka pabrik di negara berkembang. Salah satunya adalah sebuah brand pakaian kenamaan H&M. Brand asal Swedia ini mempopulerkan pakaian yang ramah kantong di pasarnya. Saat ini telah memiliki ratusan ribu toko dan ratusan pabrik di berbagai belahan dunia.

H&M menjadi salah satu bukti bagaimana Kapitalisme berhasil membawa perubahan dan kerusakan. Sudah banyak LSM Internasional yang menemukan kasus kekerasan seksual dan fisik pada buruh di pabrik H&M terutama cabang Asia. Pabrik H&M kebanyakan berada di negara-negara berkembang, kebutuhan pabrik akan buruh pun dengan mudah terpenuhi. Namun seakan menjadi implementasi nyata atas teori imperialisme, kesejahteraan buruh H&M masih jauh di bawah harapan.

Ditemukan banyaknya laporan kekerasan seksual dan fisik baik di dalam pabrik maupun di luar.  Adanya factor sistematis yang membuat terjadinya kekerasan tersebut ditegaskan oleh Global Labor Justice. Mereka mengungkap bahwa adanya factor yang menjadi penyebab diantaranya, kontrak jangka pendek, target produksi yang tinggi, jam kerja berlebih, upah minimum, dan tempat kerja yang tidak aman. Kasus-kasus tersebut banyak dijumpai di negara berkembang seperti Indonesia, Bangladesh, Kamboja, India, dan Sri Lanka.

Sedangkan kesejahteraan buruh H&M di negara asal Swedia maupun di negara-negara maju lainnya seperti Eropa dan Amerika Serikat sungguh terjamin. Perusahaan H&M sangat patuh dengan aturan perundang-undangan ketenagakerjaan. Terlebih lagi di negara asal mereka Swedia, memiliki aturan ketenagakerjaan yang luar biasa ketat.

Lalu mengapa hal ini hanya terjadi di negara-negara berkembang? Itu disebabkan oleh lemahnya aturan ketenagakerjaan di negara berkembang. Karena perusahaan multinasional seperti H&M dianggap menjadi pembawa lapangan pekerjaan yang besar bagi negara tersebut. Sistem politik juga berperan besar dalam sistem yang menyulitkan pekerja. Perusahaan multinasional dianggap Dewa bagi para politikus untuk mengamankan ekonomi sebuah negara berkembang tanpa memikirkan Nasib para buruh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun