"Empat puluh delapan tahun silam, Jeffrey mengikuti sang ibu yang blasteran Belanda tinggal di kediaman neneknya di negara itu. Jeffrey yang saat itu menginjak remaja memendam amarah saat membaca buku-buku sejarah sekolah di negeri Kincir Angin." Indopress.id (29/08/2017)
Pada tahun 2017, seorang aktivis keturunan Indonesia yang tinggal di Belanda bernama Jeffrey Pondaag telah berjuang keras untuk mengungkap kebenaran sejarah. Melalui Yayasan Komite Utang Kehormatan Belanda (K.U.K.B.), Pondaag telah berhasil membawa beberapa kasus hukum yang menuntut pertanggungjawaban pemerintah Belanda atas kekejaman yang dilakukan oleh tentara kolonial selama masa penjajahan.
Salah satu kontribusi signifikan Pondaag adalah memaksa Belanda untuk membayar kompensasi kepada korban dan keluarga korban di Indonesia, yang mencapai miliaran rupiah.
Beberapa tahun setelahnya, Krantenbank Zeeland menyoroti narasi "Vergeten Oorlog in Indonesië" dalam majalahnya di tahun 2020. Melalui narasinya, majalah Krantenbank Zeeland mengambil beberapa potongan cerita terkait kesaksian kolonialisme Belanda melalui Cathy van Der Laar, seorang warga Belanda keturunan Indonesia. Dengan kesaksian yang berdasar sama, narasi tersebut juga menyorot kesaksian Jeffrey Pondaag atas peristiwa-peristiwa kolonial beberapa tahun silam dalam terbitannya.
Di tengah upaya untuk memahami dan mengatasi warisan masa lalu kolonial tersebut, karya-karya seni dan literatur sering kali menjadi alat penting untuk refleksi dan dialog.
Salah satu seniman yang telah memberikan kontribusi signifikan dalam mengilustrasikan sejarah kolonialisme Belanda di Indonesia adalah Peter van Dongen. Melalui ilustrasi-ilustrasi yang detail dan mendalam, terutama dalam majalah "Vergeten Oorlog in Indonesië", van Dongen menawarkan perspektif visual yang menggugah tentang masa kolonial dan perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Peter van Dongen adalah seorang komikus dari Belanda yang terkenal dengan karyanya tentang Indonesia pada masa penjajahan. Lahir di Amsterdam pada 21 Oktober 1966, Peter van Dongen memiliki nenek yang berasal dari Ternate, Maluku Utara. Ibunya lahir di Manado, Sulawesi Utara, pada tahun 1941 dan menghabiskan masa kecilnya di Makassar, Sulawesi Selatan.
Antaranews.com (7/3/2013) "Ibu saya pernah cerita tentang pengeboman di Manado di masa kolonial," ucap Dongen di Erasmus Huis Jakarta, Kamis. Berawal dari sana, Van Dongen berniat membuat karya tentang Indonesia dan setelah merilis debut Muizentheater (Teater Tikus) pada 1990, niat itu mulai dilaksanakan dengan mencari beragam referensi tentang Indonesia.
Dalam terbitannya pada 30 April 2020, Krantenbank Zeeland menerbitkan artikel berjudul ‘Vergeten oorlog in Indonesië’ sepanjang tiga halaman. Artikel ini menampilkan kesaksian tentang kolonialisme Belanda melalui Cathy van der Laar, seorang warga Belanda keturunan Indonesia.
Di halaman pertama (48), Cathy menceritakan pengalamannya sebagai warga Belanda yang lahir dan besar di Hindia Belanda, namun menjadi target para pejuang kemerdekaan saat berada di kamp konsentrasi Jepang di Kramat, Batavia.
Dia mengungkapkan ketakutannya saat harus buang air di luar kamp dan ditembaki oleh anak-anak Indonesia yang bersembunyi di pohon kanari. Narasi ini didukung oleh ilustrasi van Dongen yang menggambarkan kondisi kamp yang kacau dan sulit. “De toiletten waren buiten het kamp. Als we moesten plassen, werd er op ons geschoten door Indonesische jongens in kanariebomen. Ik was ontzettend bang.”
Di halaman selanjutnya (49), ilustrasi van Dongen mengiringi dengan menggambarkan ‘politionele acties’ atau yang di Indonesia istilahnya lebih dikenal dengan Agresi Militer Belanda, saat Belanda ingin merebut kembali kekuasaan.
Segala kericuhan dan kesulitan yang terjadi pada masa tersebut, baik Bersiap, hingga usaha kemerdekaan Indonesia dapat dilihat melalui gambar-gambar seperti pemaksaan masyarakat untuk taat dengan menggunakan senjata, tulisan ‘Dutch go home’ dan ‘Merdeka’ di dinding, hingga wajah-wajah yang memperlihatkan ketegangan memperebutkan hak-hak kemerdekaan, yang juga didukung kembali oleh kesaksian Cathy van der Laar yang merasa terkucilkan.
Halaman terakhir (50) artikel ‘Vergeten oorlog in Indonesië’ di Krantenbank Zeeland disertai ilustrasi van Dongen yang menggambarkan kemerdekaan Indonesia dengan merobek warna biru pada bendera Belanda, menyisakan merah dan putih. Ilustrasi ini juga menampilkan kapal Belanda meninggalkan pelabuhan dengan orang-orang berpakaian tradisional melambaikan tangan.
Kutipan dari ayah Cathy mengatakan, “Bagi kami, ‘kulit putih’ (Belanda) itu sangat berbahaya,” serta berita tentang permohonan maaf Raja Belanda pada 2020 juga disertakan pada halaman yang sama.
Jeffrey Pondaag menanggapi bahwa Belanda seharusnya meminta maaf tidak hanya untuk periode 1945-1949, tetapi juga untuk 350 tahun kolonialisme dan pelanggaran HAM. Artikel ditutup dengan pernyataan Cathy van der Laar yang merindukan Indonesia namun merasa tidak mungkin tinggal di sana, serta menunjukkan kompleksitas kolonialisme dalam majalah tersebut.
Di Belanda dan Eropa, karya Peter van Dongen mendapat banyak apresiasi dan penghargaan. Dalam wawancara oleh NH Nieuws NL (16/1/2024), disebutkan bahwa komiknya sangat populer di Prancis dan dia dianggap sebagai sosok ikonik di Noord-Holland, “In Frankrijk verkopen de stripboeken van Peter van Dongen als warme broodjes” hingga "In de serie Iconen voegen we steeds een nieuw portret toe aan de eregalerij van Noord-Hollandse grootheden. Deze week is dat striptekenaar Peter van Dongen."
“Bayangkan sebuah komik dari Belanda yang mengambil tema Indonesia tempo dulu. Komik Belanda dengan nuansa Indonesia klasik! Keren? Sudah pasti.” hai.grid.id (14/1/2015)
Meskipun ada kritik karena mengangkat tema sensitif mengenai kolonialisme Belanda di Indonesia, mayoritas artikel dari Indonesia memuji karyanya. Van Dongen digambarkan sebagai komikus yang menggabungkan tema Indonesia klasik dalam komiknya, yang dinilai sangat menarik. Dedikasinya telah membawanya mengikuti berbagai pameran di Belanda dan Indonesia, termasuk di Karta Pustaka, Yogyakarta.
Ilustrasi karya Peter van Dongen dalam majalah "Vergeten Oorlog in Indonesië" memainkan peran penting dalam memberikan pemahaman mendalam tentang sejarah kolonialisme Belanda di Indonesia.
Karya Dongen tidak hanya menyajikan fakta historis, tetapi juga menggambarkan berbagai sudut pandang dengan detail dan emosi yang mendalam, sehingga menghidupkan kembali masa kolonial secara nyata dan penuh perasaan.
Setiap ilustrasi menggambarkan kompleksitas hubungan antara Belanda dan Indonesia, mencerminkan perspektif kedua belah pihak, dan menangkap esensi ketegangan serta penderitaan masa itu.
Dengan visualisasi yang akurat dan emosional, karya-karyanya berfungsi sebagai alat edukatif yang kuat, membantu generasi mendatang memahami dan merasakan dampak dari peristiwa sejarah tersebut.
Selain itu, ilustrasi ini membuka ruang untuk dialog lintas budaya, memperdalam pemahaman antara Indonesia dan Belanda, dan menunjukkan pentingnya seni visual dalam membentuk persepsi publik serta membangun narasi sejarah yang esensial.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI