Mohon tunggu...
Pradnya Almayra Ayudya K
Pradnya Almayra Ayudya K Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Indonesia, Sastra Belanda

Seorang mahasiswa Sastra Belanda di Universitas Indonesia yang mengombinasikan kecintaannya pada menulis dengan minatnya pada hubungan internasional, mempelajari isu-isu global, dan berupaya meningkatkan pemahaman antarbudaya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Narasi Visual Sejarah Kolonial Peter van Dongen dalam Krantenbank Zeeland 2020: 'Vergeten oorlog in Indonesie'

13 Juni 2024   18:21 Diperbarui: 14 Juni 2024   12:36 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Halaman 48, 49, dan 50 Krantenbank Zeeland; Vergeten oorlog in Indonesië (2020)

Di halaman selanjutnya (49), ilustrasi van Dongen mengiringi dengan menggambarkan ‘politionele acties’ atau yang di Indonesia istilahnya lebih dikenal dengan Agresi Militer Belanda, saat Belanda ingin merebut kembali kekuasaan. 

Segala kericuhan dan kesulitan yang terjadi pada masa tersebut, baik Bersiap, hingga usaha kemerdekaan Indonesia dapat dilihat melalui gambar-gambar seperti pemaksaan masyarakat untuk taat dengan menggunakan senjata, tulisan ‘Dutch go home’ dan ‘Merdeka’ di dinding, hingga wajah-wajah yang memperlihatkan ketegangan memperebutkan hak-hak kemerdekaan, yang juga didukung kembali oleh kesaksian Cathy van der Laar yang merasa terkucilkan.

Halaman terakhir (50) artikel ‘Vergeten oorlog in Indonesië’ di Krantenbank Zeeland disertai ilustrasi van Dongen yang menggambarkan kemerdekaan Indonesia dengan merobek warna biru pada bendera Belanda, menyisakan merah dan putih. Ilustrasi ini juga menampilkan kapal Belanda meninggalkan pelabuhan dengan orang-orang berpakaian tradisional melambaikan tangan.

Kutipan dari ayah Cathy mengatakan, “Bagi kami, ‘kulit putih’ (Belanda) itu sangat berbahaya,” serta berita tentang permohonan maaf Raja Belanda pada 2020 juga disertakan pada halaman yang sama.

Jeffrey Pondaag menanggapi bahwa Belanda seharusnya meminta maaf tidak hanya untuk periode 1945-1949, tetapi juga untuk 350 tahun kolonialisme dan pelanggaran HAM. Artikel ditutup dengan pernyataan Cathy van der Laar yang merindukan Indonesia namun merasa tidak mungkin tinggal di sana, serta menunjukkan kompleksitas kolonialisme dalam majalah tersebut.

Di Belanda dan Eropa, karya Peter van Dongen mendapat banyak apresiasi dan penghargaan. Dalam wawancara oleh NH Nieuws NL (16/1/2024), disebutkan bahwa komiknya sangat populer di Prancis dan dia dianggap sebagai sosok ikonik di Noord-Holland, “In Frankrijk verkopen de stripboeken van Peter van Dongen als warme broodjes” hingga "In de serie Iconen voegen we steeds een nieuw portret toe aan de eregalerij van Noord-Hollandse grootheden. Deze week is dat striptekenaar Peter van Dongen." 

“Bayangkan sebuah komik dari Belanda yang mengambil tema Indonesia tempo dulu. Komik Belanda dengan nuansa Indonesia klasik! Keren? Sudah pasti.” hai.grid.id (14/1/2015)

Meskipun ada kritik karena mengangkat tema sensitif mengenai kolonialisme Belanda di Indonesia, mayoritas artikel dari Indonesia memuji karyanya. Van Dongen digambarkan sebagai komikus yang menggabungkan tema Indonesia klasik dalam komiknya, yang dinilai sangat menarik. Dedikasinya telah membawanya mengikuti berbagai pameran di Belanda dan Indonesia, termasuk di Karta Pustaka, Yogyakarta.

Ilustrasi karya Peter van Dongen dalam majalah "Vergeten Oorlog in Indonesië" memainkan peran penting dalam memberikan pemahaman mendalam tentang sejarah kolonialisme Belanda di Indonesia. 

Karya Dongen tidak hanya menyajikan fakta historis, tetapi juga menggambarkan berbagai sudut pandang dengan detail dan emosi yang mendalam, sehingga menghidupkan kembali masa kolonial secara nyata dan penuh perasaan. 

Setiap ilustrasi menggambarkan kompleksitas hubungan antara Belanda dan Indonesia, mencerminkan perspektif kedua belah pihak, dan menangkap esensi ketegangan serta penderitaan masa itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun