Remy Sylado berhasil menyampaikan pesannya bahwa hidup pasti ada sulitnya dan tidak selalu berjalan mulus. Perselisihan dengan keluarga, ejekan dari orang disekitar, hingga perasaan tidak percaya diri yang kadang mengganggu pikiran dan menyebabkan over thinking. Perlu diingat, masih ada kekuatan bernama cinta kasih yang selalu ada meski kita sedang dibawah tekanan atau berada di titik terendah sekali pun. Cinta kasih yang selalu ada untuk mengingatkan kita untuk bertahan karena kita sesungguhnya tidak sendirian. Sebagaimana perjuangan Tinung dalam mencapai kebahagiaan dan lepas dari tekanan dari dalam diri sendiri serta lingkungan sekitarnya.
Walau dengan jumlah tokoh yang banyak dan nama yang sulit dihafalkan, novel ini mudah dipahami dan tidak membosankan. Mungkin karena deskripsi latar yang berdasarkan riset sehingga tersaji detail dan menyerupai kenyataan. Sejalan dengan teori kritik sastra mimetik, novel ini cukup berhasil membuat saya bisa membayangkan kondisi sosial masyarakat Indonesia saat itu. Saya juga menemukan beberapa fakta sejarah dan nilai-nilai kebudayaan menarik yang belum pernah saya jumpai.Â
PENEGASAN ULANG
Novel Cau Bau Kan: Hanya Sebuah Dosa karya penulis Remy Sylado sudah dicetak beberapa kali sejak penerbitan cetakan pertamanya pada bulan Maret 1999. Awal proyek Seri Sastra Tionghoa Peranakan terbitan KPG ini bercerita tentang kisah cinta beda etnis dan status sosial. Tinung perempuan Betawi yang berprofesi ca-bau-kan dengan Tan Peng Liang pengusaha tembakau dan candu keturunan Tionghoa. Meski fiksi, novel Cau Bau Kan: Hanya Sebuah Dosa tetap menyajikan realita perilaku dan budaya Tionghoa pada zaman kolonial Belanda hingga masa kemerdekaan Indonesia secara detail.
Gambaran Batavia di masa Belanda yang perekonomiannya didominasi oleh orang-orang Tionghoa, kebiasaan hidup bersenang-senang yang digambarkan pada setting pelacuran di Kalijodo, cerita keganasan penjajah Jepang, hingga peristiwa agresi Belanda yang membuat novel ini tidak hanya menghibur tapi juga memicu rasa penasaran akan perkembangan politik Indonesia kala itu. Banyaknya tokoh memang sempat membuat bingung di awal membaca. Namun deskripsi novel yang tersaji detail menyerupai kondisi sebenarnya, penggunaan bahasa yang sederhana, serta peristiwa lucu yang menghiasi interaksi tokoh-tokohnya membuat novel ini cukup seru untuk dibaca sampai selesai.Â
Rintangan hidup pasti selalu ada. Oleh karena itu, setiap kita wajib memodali diri agar mampu menghadapinya. Kita perlu cinta kasih, apa pun itu bentuknya, untuk menguatkan tujuan hidup agar tidak mudah menyerah dan sanggup melalui segala rintangan yang dilalui. Seperti Tinung yang kuat menghadapi kondisi sosial hidupnya, maupun sastrawan Remy Sylado yang tetap semangat walau dalam keterbatasan fisik akibat sakitnya.Â
211122 / PAA ~masih belajar menulis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H