Sila ke empat sekarang di Indonesia sudah memudar mengenai kepemimpinan yang tidak demokratis. Sila ke lima pada sila ini yaitu tentang keadilan, tidak adilnya rakyat beruang dengan rakyat miskin dikarenakan adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi.
Semua hal itu terjadi karena rakyar Indonesia belum memiliki jati diri pada diri sendiri dan lebih banyak memilih ikut-ikutan. Yang menjadikan rakyar Indonesia itu belum merasa bahwa keberadaan Indonesia sebagai tanah air yang seharusya di junjung tinggi.
Dengan ini sebagai rakyat Indonesia harus memiliki pola pikir untuk pembenahan. Baik dari dalam maupun dari luar , contonya faktor dari luar yaitu penanaman cinta tanah air lewat pendidikan yang mengajarkan tentang kewarganegaraan. Akan tetapi banyak sebagian masyarakat berpikir bahwa pelajaran ini tidak penting.
Baca juga: Sekali Lagi tentang Identitas Nasional
Dan inilah tantangan kita sebagai kaum milenial. Kita tidak bisa hanya menunggu  dan biarlah anak cucu kita yang membenahi, akan tetapi mulai sekaranglah kita harus berbenah. Merubah pola pikir kita untuk membangun bukan ikut-ikutan. Mulai cinta tanah air bukan hanya bias mencaci maki dan menerima saja. Mulailah berpikir menggunakan kemajuan IPTEK di era globalisasi yaitu mengunakan media social untuk hal yang membangun. Berargumen yang satun dan tidak menjatuhkan satu sama lain.
Sangat sulit merubah pola pikir ,akan tetapi sebagai masyarakat berilmu dan bermartabat. Kita bias bergerak dan berusaha untuk mengubah pola pikit kita mulai dari sekarang. Dikarenakan kita tidak bias menghindari dampak daro globalisasi, akan tetapi kita bias memeranginya dengan memunculkan kembali identitas nasional Indonesia dan menangkal dampak negative dari era globalisasi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI