Mohon tunggu...
Moh Vicky Indra Pradicta
Moh Vicky Indra Pradicta Mohon Tunggu... Dokter - Food safety and quality leader, an opinion writer and one health initiative

I’m Vicky, a food safety and quality leader who worked in food industry more than 7 years, a writer in opinion essay and One Health initiative. I am also content educator for food safety and quality, food registration and writing tips.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mendesak Fokus Pemerintah pada Pengelolaan Pasar Hewan Liar

24 April 2021   07:55 Diperbarui: 24 April 2021   07:57 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pagi itu seperti biasanya saya bergegas menuju mobil untuk bersiap berangkat ke kantor. Tak ada perbedaan yang berarti. Sampai pada saat lampu merah, pandangan saya sedikit teralihkan dengan pasar di seberang jalan. Tampak berjejer kerumunan ibu-ibu, pedagang dan tukang parkir tanpa jarak dan tanpa masker.

Kondisi demikian membuat pikiran saya terusik dan bertanya-tanya. Jika pasar umum saja sudah sedemikian acuh maka bagaimana dengan pasar satwa liar yang khusus menjual aneka hewan liar untuk dikonsumsi?

Sampai pada satu titik saya sadar bahwa problem tersebut bukan pada masyarakat tetapi pada peran pemerintah yang tidak tampak di wilayah tersebut.

Saat ini upaya pemerintah dalam penanganan pandemi berfokus pada promotif, preventif dan kuratif. Berbagai macam sosialisasi mengenai 5M (mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan membatasi mobilisasi) yang dengan mudah kita jumpai di iklan-iklan televisi, spanduk dan banner. Hal ini dilakukan untuk memberikan pemahaman upaya peningkatan pemahaman personal hygiene di masyarakat.

Selain itu, program vaksinasi covid19 tahap kedua pun dipercepat. Vaksinasi tahap kedua ini diperuntukkan untuk Aparatur Sipil Negara (ASN), guru dan lansia. Agar sesuai target dan tepat sasaran, pemerintah menggandeng rumah sakit dan puskesmas sebagai garda terdepan pelaksanaan program ini. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan per tanggal 16 Maret, total sebanyak 5,2 juta orang telah mendapatkan penyuntikkan vaksin, baik pada tahap pertama maupun kedua.

Sebenarnya jika berfikir sesaat tentu kita sepakat bahwa tidak ada yang salah dari kedua upaya tersebut. Namun, upaya pemerintah tersebut belum menyentuh pada aspek penanganan pada pasar satwa liar. Belum ada sosialisasi mengenai protokol covid19 yang jelas disana.

Sebagai contoh kondisi di Pasar Tomohon, Sulawesi Utara, pada saat wabah korona merebak masih dengan bebas menjual daging ular, kelelawar, anjing dan babi. Tidak ada perubahan yang signifikan dan mungkin kondisi tersebut berlangsung hingga saat ini.

Publik seharusnya tidak boleh lupa bahwa pandemi corona ini berawal dari Huanan Seafood Market, China. Itu merupakan tempat jualan hewan-hewan hidup misalnya kelelawar, babi, tikus dan hewan eksotis lainnya. Fakta tersebut juga didukung dengan berbagai penelitian bahwa kelelawar merupakan pembawa virus korona.

Selain itu, 70% penyakit infeksius merupakan zoonosis. Artinya penyakit tersebut berasal dari hewan namun bisa menular ke manusia. Beberapa jurnal juga menyebutkan bahwa hewan eksotis dan kelelawar merupakan inang utama bagi penularan penyakit zoonosis, diantaranya Ebola, SARS dan Covid19.  

Kedua fakta ini tentu harusnya kita paham mengenai pentingnya untuk mengontrol pasar hewan. Pendek kata, jika kita ingin mengurangi risiko penularan covid19 atau potensi pandemi lainnya maka ya harus mengontrol pasar hewan. Hal ini agar mengurangi kontak dengan hewan-hewan reservoir sebagai sumber penyakit. Oleh karena itu sangat diperlukan tindakan konkret rencana mitigasi khususnya di pasar hewan liar tersebut.

Ada tiga cara yang bisa dilakukan pemerintah terkait hal tersebut. Pertama dengan membuat program sosialisasi good hygiene practice khusus di pasar. Program ini harus detail mencakup aturan-aturan bagi pengunjung dan penjual. Aktifitas mana yang diperbolehkan dan dilarang. Serta penyediaan fasilitas cuci tangan yang cukup disertai tata cara mencuci tangan yang benar di sekitar pasar.

Kedua, monitoring pelaksanaan program secara berkala. Tentu saja hal ini tidak mudah jika dilakukan sendiri oleh pemerintah karena terbatasnya jumlah sumber daya dan cakupan area yang luas. Untuk itu pemerintah dapat menggandeng praktisi, aktivis dan komunitas dalam menjalankan monitoring secara regular.

Terakhir, pemerintah dapat merumuskan kebijakan untuk pelarangan konsumsi dan perdagangan hewan liar dan eksotis. Tentu pasti ada pro-kontra terkait kebijakan ini. Terutama bagi sebagian kalangan masyarakat mempercayai bahwa mengonsumsi hewan liar ini dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Namun hal ini dapat diatasi dengan pemberian pemahaman mengenai bahaya nya mengonsumsi hewan liar secara konsisten.

Tentu kita perlu apresiasi upaya pemerintah saat ini dalam menangani pandemi. Namun kita perlu juga mengingatkan bahwa penanganan di pasar juga patut dilakukan, terutama pasar hewan liar, jika kita ingin menang dari pandemi ini dan yang akan datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun