Pementasan yang disutradarai oleh Iswadi Pratama dan diselenggarakan oleh Titimangsa Foundation di Gedung Kesenian Jakarta itu ditutup oleh monolog Tahura.Â
Monolog tentang revolusi yang merenggut hidup orang tuanya, dan pada akhirnya berdampak pada dirinya yang mendapatkan cap "anak seorang kontra revolusi".
Namun, dalam diri Tengku Tahura mengalir darah Amir Hamzah dan Tengku Kamaliah. Apapun yang terjadi, manusia tak boleh memendam kebencian dan dendam dalam dirinya. Hanya cinta dan rasa memaafkan yang harus disemai tanpa terikat waktu.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!