Pementasan yang disutradarai oleh Iswadi Pratama dan diselenggarakan oleh Titimangsa Foundation di Gedung Kesenian Jakarta itu ditutup oleh monolog Tahura.Â
Monolog tentang revolusi yang merenggut hidup orang tuanya, dan pada akhirnya berdampak pada dirinya yang mendapatkan cap "anak seorang kontra revolusi".
Namun, dalam diri Tengku Tahura mengalir darah Amir Hamzah dan Tengku Kamaliah. Apapun yang terjadi, manusia tak boleh memendam kebencian dan dendam dalam dirinya. Hanya cinta dan rasa memaafkan yang harus disemai tanpa terikat waktu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H