Mohon tunggu...
Pradhany Widityan
Pradhany Widityan Mohon Tunggu... Buruh - Full Time IT Worker

Full Time IT Worker

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Pabrik-pabrik Kopi di Bandung yang Kini Telah Senja

2 Agustus 2016   13:52 Diperbarui: 2 Agustus 2016   14:43 2201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Usang dan tak terawat, Pabrik Kopi Malabar (Dok. Pribadi)

Tokonya masih beroperasi dan pintunya terbuka. Nuansa tempo dulu akan terasa di dalam toko. Barang-barang lama tampak asli, terawat, dan dipertahankan. Furnitur kayu yang kokoh dan kaku, vespa kuno, penggilingan kopi kuno, dan penyaji kopi elektrik berbahasa Belanda yang juga kuno.

Toko Kopi Javaco. Tampak segar namun sepi. (Dok. Pribadi)
Toko Kopi Javaco. Tampak segar namun sepi. (Dok. Pribadi)
Tempat ini hanya berfungsi sebagai toko penjualan, tidak ada produksi di sini. Pengolahan atau pabriknya sendiri terletak di sekitar Jalan Sudirman. Karena itu, kopi yang dijual pun hanya berupa bubuk. Ada tiga jenis kopi, yaitu arabica, melange atau robusta, dan tip-top. Dengan ramah, si penjual langsung membawakan saya dua contoh kopi arabica dan melange untuk mencoba aromanya. Untuk tip-top tidak direkomendasikan karena kualitasnya rendah.

Dikemas dengan kertas cokelat bergambar toko tersebut di masa lalu, jenis kopi, alamat, izin Depkes, dan merek “Javaco Koffie”, memperlihatkan bahwa Javaco adalah kopi yang telah ada sejak lama. Jauh sebelum kemasan kopi yang bervariasi dengan beragam fitur seperti zipper dan valve digunakan. Beberapa pembeli juga masih setia berkunjung ke sini saat stok kopi mereka habis. Karena selera kopi masa lalu kadang tak tergantikan oleh kopi-kopi yang ada sekarang.

Aroma

Berbeda dengan kedua “teman seangkatannya”, Kopi Aroma menjadi yang melegenda dan eksis hingga sekarang. Tampaknya juga akan tetap eksis hingga nanti karena publikasi yang luas dan labelnya sebagai “Kopi Bandung Tempo Dulu” yang tersohor. Tak hanya di Bandung, tapi hingga daerah lain di Pulau Jawa. Jika mencari kopi bandung, bisa berarti adalah Kopi Aroma.

Pabrik sekaligus tokonya terletak di Jalan Banceuy Nomor 51. Jalan yang cukup bersejarah karena Penjara Banceuy pernah “didiami” Presiden Soekarno dan berada di kawasan kota tua Bandung, yaitu Asia Afrika dan Braga. Tempatnya berada di kawasan pertokoan yang didominasi alat-alat teknik dan elektronik. Di sudut perempatan itulah pengunjung terlihat mengular hingga keluar toko. Saya berkunjung pada pagi hari sekitar pukul sembilan.

Bangunannya tua khas Belanda dan ada tulisan “Aroma Paberik - Kopi” dengan ejaan lama. Dindingnya seolah dibuat dari cerita perjalanan panjang sebuah pabrik kopi yang didirikan Tan Houw Sian sejak tahun 1930. Benda-benda yang digunakan juga mengukuhkan ketuaan pabrik kopi ini. Berdasarkan info penjualnya, biji kopi di pabrik ini disimpan selama delapan tahun untuk arabika, dan lima tahun untuk robusta. Hal itulah yang menurunkan tingkat keasaman kopi yang bagi beberapa orang menjadi kendala dalam menikmati secangkir kopi hitam nan beraroma.

Pembeli menumpuk di Pabrik Kopi Aroma. (Dok. Pribadi)
Pembeli menumpuk di Pabrik Kopi Aroma. (Dok. Pribadi)
Antrean yang mengular didominasi penikmat setia cita rasa masa lalu. Mereka adalah yang tidak bisa move on dari nikmatnya kopi legenda yang tersaji di gelas-gelas sederhana di teras rumah untuk menemani hari. Setidaknya salah satu pengunjung setia yang saya tanyai hanya bilang, “Kalau ngopi ya Kopi Aroma.”  Dan dia menghabiskan rata-rata empat gelas Kopi Aroma sehari tanpa khawatir asam lambung naik.

Pembelinya ada yang kembali menjual kopi ini sebagai oleh-oleh khas Bandung. Ya, pabrik kopi ini memang masih cukup besar untuk memasok kopi bagi para reseller. Kemasan berupa goodie bag yang dijual terpisah untuk ukuran besar seperti satu kilogram juga menambah daya tarik. Kopi Aroma dan perjalanannya saat ini menjadi signature kopi legenda asal tanah Pasundan.

Di tengah ratusan café dan ribuan barista yang tersebar di Bandung, ada kopi-kopi yang tetap bertahan dalam kesederhanaannya. Dinikmati orang-orang sederhana dengan cara yang sederhana. Tak perlu uang yang mahal di tempat yang cozy, minum kopi adalah soal rasa, aroma, dan selera. Tak perlu espresso, latte art, atau gelas-gelas modern, kopi-kopi tua di Bandung tentu menyimpan cerita tersendiri di kota yang memiliki sejarah dan kenangan panjang tempo doeloe.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun