Di sisi lain penjualan batik di toko  pun kini mulai sepi pengunjung. Para perajin di beberapa daerah kini beralih menjual produknya melalui media sosial seperti, instagram, whatsaap, line dan lain-lain. Hal ini dilakukan karena adanya larangan jaga jarak terhadap orang lain maupun dekat yang menjadi penyebab para pembeli tidak mengunjungi pedagang kaki lima.
Pandemi covid-19 sekarang ini masih melanda di negara indonesia. Sudah terdapat banyak masyarakat yang terkena dampak dari pandemi ini. Terutama sektor industri batik. Tidak sedikit pula perajin batik di berbagai daerah yang mengalami penurunan omset di tengah pandemi ini. Untuk mengatasi hal tersebut, sebagian dari perajin batik menekuni dengan membuat batik kontemporer yang bermotif virus covid-19 dan sebagian lagi mengubah sistem penjualan batik serta ada yang berkreasi membuat masker dari batik.Â
Semenjak covid-19 pendapatannya menurun dari biasanya, Ibu Sri tetap memproduksi namun tidak sebanyak hari-hari biasanya. Karenanya, produksi makanan angkringan pun turut menurun seiring menurunnya jumlah pembeli. Di samping memproduksi batik t ini yang menjadi lebih singkat, pandemi juga  yang memberikan dampak kepada beberapa pekerja yang menjahit ini.Â
Pembelinya pun ada yang di daerah malioboro dan ada di sekitar rumah yakni para tetangga-tetangga  sendiri. Namun meskipun begitu,  memproduksi batik ini tetap gigih membuka usahanya ditengah-tengah pandemi. diiringi usaha dan doa, pasti ada rezeki yang mendekat, begitu ujar ibu sri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H