5.Penciptaan kesejahteraan masyarakat lebih luas
Pertumbuhan jumlah entrepreneur bukan hanya akan menolong generasi muda, melainkan secara keseluruhan akan mendorong penciptaan kesejahteraan masyarakat yang lebih luas. Kemiskinan yang semakin berat di Indonesia dapat dipahami karena melihat kondisi tingkat pengangguran. Pada tahun 2004 pengangguran mencapai 10,14% dari populasi atau sekitar 10,25 juta jiwa.
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan tingkat pengangguran di Indonesia pada bulan Februari 2009 mencapai 9,26 juta atau 8,14% dari total angkatan kerja. Pada tahun 2007 di Stadion Senayan Jakarta lebih dari 10.000 srjana di Indonesia bersaing untuk merebutkan 500 pekerjaan (Nugroho,2009).
Selain tidak adanya kesesuaian antara yang dibutuhkan pasar kerja dan kualifikasi kompetensi calon tenaga kerja, besarnya pengangguran juga terjadi karena jumlah pencari kerja jauh lebih besar dari kesempatan kerja yang ada. Bila satu orang lulusan perguruan tinggi menjadi entrepreneur, maka kemungkinan ia akan mencari temannya sebagai partner dan mungkin salah satu temannya akan diajak menjadi karyawan (bekerja kepadanya).
 Jika jumlah lulusan itu menjadi entrepreneur adalah 10%, maka yang akan bergabung dengannya bisa mencapai 20% (satu partner dan satu karyawan), dengan demikian jumlah pencari kerja angkatan tahun tersebut akan berkurang 30%. Ketika lulusan perguruan tinggi kesulitan mencari pekerjaan, entrepreneurship bisa menjadi langkah untuk mencari nafkah dan bertahan hidup (Hendro,2011)
"Butuh 20 tahun untuk membangun reputasi dan hanya 5 menit untuk menghancurkannya. Jika Anda berpikir demikian, Anda akan melakukan sesuatu dengan beda" (Warren Buffet)
Hardvard’s Theodore Levitt dalam Suryana (2014:43) mengemukakan definisi dari inovasi adalah kemampuan mengaplikasikan solusi yang kreatif terhadap permasalahan dan peluang yang ada untuk lebih memakmurkan kehidupan masyarakat. Jadi inovasi adalah melakukan sesuatu yang baru.
Dalam melakukan sebuah inovasi ada beberapa tahapan proses yang perlu dilakukan. Menurut Luecke (2003) ada lima proses inovasi, yaitu Ideas Generation, Opportunity Recognition, Development, Commercialization, dan Ideas Evaluation.
Menurut Statistic Canada dalam buku Managing Innovation oleh Joe Tidd dan John Bessant menyatakan bahwa perusahaan yang berinovasi biasanya memiliki pertumbuhan lebih kuat dan sukses daripada yang tidak berinovasi, dan perusahaan yang memimpin dalam market share dan profibatibility adalah perusahaan yang berinovasi (Tidd and Besant, 2014). Menurut buku Entrepreneurship karangan Barringer dan Ireland, menyebutkan bahwa kewirausahaan adalah "proses di mana individu mengejar peluang tanpa memperhatikan sumber daya yang mereka kendalikan saat ini".Â
Jika bicara mengenai inovasi, kemungkinan besar berkaitan erat dengan enterpreneurship. Karena untuk meluncurkan hasil inovasi ke pasar dibutuhkan keahlian enterpreneur. Jika tidak, produk tersebut hanya akan menjadi hiasan gudang belaka. Atau, mungkin produknya terus berkembang, namun sang inovator tidak pernah menikmati hasilnya secara finansial.
Innovation, atau inovasi, yang dimiliki seseorang belum tentu akan terwujud menjadi suatu bisnis. Hal ini tergantung dari beberapa faktor, seperti prospek karier di tempat lain, keluarga, role model, keadaan ekonomi, ketersediaan sumber daya, dan sebagainya. Contoh, kasus penisilin yang sudah dipaparkan.
Karena itu, jika kita bertanya inovasi macam apa yang dibutuhkan oleh Indonesia?, dapat kita jawab bahwa dibutuhkan secara mendesak: Inovasi yang mampu menciptakan proses dan produk pertanian yang lebih produktif namun labih ramah lingkungan, serta inovasi dalam produk olahan hasil alam.