Mohon tunggu...
Prabu Bolodowo
Prabu Bolodowo Mohon Tunggu... wiraswasta -

" I WANT TO MAKE HYSTORY, NOT MONEY."

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tentara Bayaran dan Pengkhianatan Ketua Partai

4 Mei 2016   23:04 Diperbarui: 4 Mei 2016   23:08 691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pengakuan Kivlan Zen di program ILC, TVone, dalam perannya membebaskan 10 WNI yang disandera kelompok pemberontak yang bermarkas di Philipina Selatan, kini memunculkan spekulasi baru tentang kebenaran rumor pengkhianatan ketua partai.

Seperti diketahui public, beberapa jam setelah 10 WNI bebas dari drama penyanderaan. Ketua PDIP, Megawati mengeluarkan statemen, “Ya jelas bebas. Wong sudah dibayar!”

Sementara, pihak Menlu sebagai representasi negara mengeluarkan pernyataan, bahwa pemerintah tidak mengeluarkan tebusan (uang) dalam membebaskan 10 WNI yang di sandera.

Sungguh, dengan perang pernyataan ini, public bingung. Meskipun pihak keluarga sandera tetap dengan bersuka cita menyambut keluarganya yg telah sebulan lebih tak bersua.

Sebagai mantan presiden, tentu Megawati punya informasi valid. Dan saya percaya statemennya! Dipihak lain, pernyataan Menlu Retno pun public juga percaya 100%. Namun, dua pernyataan dari elit negeri ini, justru menimbulkan kekuatiran betapa bahayanya pemerintahan Jokowi ini. Apa lagi pernyataan Megawati ini, dipertegas oleh elit PDIP bahwa statemen Megawati muncul, karena melihat betapa lambannya pihak pemerintah dalam menangani sandera ini. Punya Panglima TNI, Kapolri dan BIN, namun tidak cukup responsive menangani penyanderaan.

Dan, kalau tiba2 ada pensiunan tentara minta restu Megawati menjadi negosiator dalam pembebasan 10 WNI yang disandera, why not? Apa lagi soal biaya dan tebusan telah di siapkan oleh pihak Patria Maritime Line (perusahaan operator kapal Brahma, dimana 10 ABKnya menjadi sandera).

Inilah barangkali yang disebut oleh Tim Kivlan Zen sebagai operasi senyap dalam pembebasan sandera. Sebagai pensiunan tentara dengan segudang pengalaman tempur, plus punya jaringan kuat di kelompok pemberontak di Mindanao, maka sungguh cerdas pihak corporate Patria Maritime Lines memilih Kivlan menjadi soldier of fortune alias tentara bayaran untuk membawa ransum sampai ke pihak penyandera.

Sebagai pensiunan tentara yang berseberangan dengan kubu Jokowi, Kivlan Zen memposisikan dirinya sebagai tentara bayaran. Dus, artinya ia tak punya kewajiban lagi untuk lapor atau sekedar memberi info kepada NKRI, bahwa dirinya pergi ke Philipina dgn misi membebaskan 10 sandera WNI. Namun, rupanya Kivlan zen tidak 100% menjadi tentara bayaran. Ia ambigu dan butuh dukungan politik. Maka, sebelum tawaran dari Maritim Lines diterima, ia minta restu Megawati.

Nah rupanya, dengan  senang hati Megawati merestuinya. Toh, ini misi mulia. Membebaskan 10 WNI dari sandera. Tapi, sudah barang tentu “restu” Mega ini, tidak murah apalagi gratis. Soal, berapa dolar harga restu itu, public tak perlu tahu. Cukup Kivlan, Megawati dan malaikat. Selebihnya kesenyapan.

Dengan analisa demikian, pertanyaannya adalah, Apakah Presiden Jokowi mengetahui operasi senyap model Kivlan-Megawati ini?

Jika referensinya adalah pengakuan Kivlan di ILC, tentu public berasumsi jika Jokowi tidak mengetahui. Di acara ILC yang dipandu Karni Ilyas, Kivlan tidak menyebut peran negara/pemerintah Jokowi. Misi membebaskan sandera adalah murni inisiatif pribadi setelah mendapat tawaran dari Patria Maritime Lines untuk menjadi negosiator dalam membebaskan sandera. Bahkan dengan lantang ia punya jaringan kuat di Mindanao. “Nur Misuari itu saya kenal baik sudah lama. Maka dengan  gampang saya bisa contak dengan penyandera. Dan ternyata, salah satu penyandera merupakan ponakan Gubernur Zulu”, beber Kivlan.

Justru, Kivlan menyesalkan kedatangan Yayasan Sukma yang mendadak muncul menjemput sandera. Yang menurut Kivlan, seperti pahlawan kesiangan. Padahal sebulan lebih ia blusukan hutan bernego dengan pihak penyandera.

Seperti kita ketahui, Yayasan Sukma juga mengklaim berperan dalam pembebasan sandera. Namun, apa yang dilakukan Tim Surya Paloh ini, dalam setiap investigasinya selalu berkoordinasi dengan Menteri Luar Negeri RI. Begitu pun, saat detik2 terakhir pembebasan sandera, MetroTV menyiarkan terus menerus dan langsung dari hutan Zulu. Dengan model investigasi yang lugu ini, maka dengan mudah Tim Surya Paloh dapat diendus oleh Tim Kivlan-Megawati.

Maka, ketika Tim Surya Paloh dikonfrontir dengan Kivlan di TVone dengan topik, “Siapa  berperan dalam membebaskan sandera?” Karny Ilyas senyum-senyum nyengir penuh kemenangan.

Untungnya, kita punya Presiden Jokowi. Beberapa menit setelah pesawat yang mengangkut 10 WNI yang telah bebas itu mendarat di Halim  Perdana Kusuma, Presiden Jokowi dengan bijaksana mengatakan, “Pemerintah mengapresiasi kepada semua pihak atas dibebaskannya 10 WNI.”

Pidato singkat Jokowi ini mencerminkan bahwa sebagai Presiden, segala informasi apapun, tidak akan luput dari pantauannya.

Tinggal, pertanyaan penting yang belum terjawab, Kenapa Megawati berani berkonspirasi dengan tentara bayaran. Dan tidak melaporkan ke Presiden jika Kivlan menjadi negosiator?

Ah, tiada dosa berkhianat asal demi kemanusiaan.*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun