Mohon tunggu...
D.B. Prabs
D.B. Prabs Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Paruh Waktu

Seorang penulis paruh waktu yang mengamati berbagai isu dan tren

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Diplomasi Rokok adalah Cara Saya Bertemu Orang-orang Istimewa

15 Februari 2021   17:00 Diperbarui: 15 Februari 2021   17:30 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seperangkat alat cangklong. Foto diambil oleh penulis

Bapak tadi mulai mengajak saya ngobrol. Ternyata, blio adalah musisi kroncong veteran. Usut punya usut, bapak tadi mengenal eyang saya yang juga musisi kroncong. Setelah mengabarkan perihal eyang yang sakit stroke, bapak tadi berkata, “mbok menggantikan posisi eyang (di kelompok keroncong).” Tawaran ini saya tolak mentah-mentah karena saya buta nada.

Kembali ke stasiun, lain waktu saya mencoba diplomasi ini lagi. Ada bapak-bapak sepuh yang berdiri di sebelah saya merokok. Saya coba tawarkan rokok dan korek saya. Ternyata, bapak tadi tidak merokok sejak muda. Wah, saya pikir diplomasi saya gagal.

Ternyata, bapak tadi tetap mengajak ngobrol. Ketika masuk kereta, kami juga duduk bersebelahan. Bapak tadi adalah pegawai dinas peternakan Sleman, dan kenal banyak dosen saya. Gayung bersambut, saya mendapat nomor blio. “Nanti kalau mau praktikum, saya carikan surat izin dari dinas mas. Sante wae,” ujar blio.

Tapi, tidak ada yang lebih berkesan daripada saat saya ngopi. Kebetulan, sedang ada acara yang diselenggarakan mahasiswa Papua. Ada pemuda yang duduk di sebelah saya. Penampilan yang sangat reggae itu membuat saya merasa bahwa pemuda ini orang yang asik. Saya tawarkan saja rokok saya pada pemuda yang selalu memakai earphone ini.

Acara berlanjut, tiba-tiba ada mobil polisi datang. Mereka berniat membubarkan diskusi yang dipandang “mengganggu keamanan”. Eh tanpa dinyana pemuda tadi yang saya tawari rokok adalah intel! Pantas saja pakai earphone terus.

Masih banyak kisah saya perihal diplomasi rokok ini. Dan saya yakin banyak di antara anda sekalian yang pernah mengalami. Memang, sebatang rokok adalah kunci membuka gerbang keterasingan di tengah keramaian.

Mungkin, pemerintah tidak melihat sisi ini. Maka cukai rokok kembali meroket untuk tahun 2021. Andai saja pemerintah mengingat diplomasi rokok ini. Andai saja pemerintah mengingat diplomator rokok seperti Soekarno dan Haji Agus Salim. Andai saja sih, kan tetap naik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun